AnugerahNews.id | Banyak anak banyak rezeki, itulah istilah yang sering kita dengar. Hal itu menyatakan bahwa anak yang diamanahkan Allah kepada kita adalah rezeki bagi orangtuanya.
Tapi mengapa banyak orang yang tetap susah rezekinya meski memiliki banyak anak? Karena rezeki Allah yang membagi, mungkin memang orangtuanya sendiri yang menghalangi rezeki mereka sekeluarga. Ciri-ciri anak pembawa rezeki:
Baca Juga:
Wisatawan Indonesia Meningkat Tajam, 731 Ribu Perjalanan ke Luar Negeri di Oktober 2024
1. Cinta Pada Allah dan Rasul-Nya
Anak yang mencintai Allah dan RasulNya artinya selalu menurut apa yang diperintahkan dan menjauhi laranganNya, tidak menyekutukanNya dengan apapun dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladannya.
Sejak dini anak ini telah menjadi anak yang mudah dibimbing menuju agama dan tidak keras hatinya.
Baca Juga:
Bukan Awan Biasa, BMKG Klarifikasi Fenomena Langit Jakarta yang Memukau
Kondisi itu terus menerus bertambah seiring bertambahnya umur anak tersebut.
Mudah menerima pelajaran agama. Anak-anak ini akan dilimpahi rezeki yang bisa diberikan langsung padanya atau lewat orangtuanya.
2. Suka Membaca al-Qur’an
Beruntunglah orangtua yang memiliki anak yang menjadikan Al Quran sebagai bacaan wajibnya.
Tidak pernah malas disuruh ngaji. Bahkan ngaji menjadi salah satu kegemarannya. Dimudahkan menghafal surah-surah dalam Alquran.
3. Suka Berbuat Amal Shaleh dan Kebajikan
Anak ini mengerjakan kewajibannya sebagai hamba Allah sedari dini, seperti shalat, puasa, zakat dan memiliki akhlak yang baik.
Anak yang membawa rezeki begitu mudah tergerak hatinya untuk melakukan amal saleh.
Hatinya begitu peka pada lingkungan, mudah berbuat baik serta gampang diarahkan.
4. Berbakti Pada Orang Tua
Anak yang menempatkan orangtuanya di atas segala-galanya. Paham betapa pentingnya peranan orangtua bagi kehidupannya.
Dia tak bakalan dapat membalas jasa orangtuanya.
Bakti itu ditunjukkan dengan menghormatinya, mematuhi perintahnya, tidak menyakiti hatinya, dan selalu berbuat baik kepada mereka.
Bahkan jika orangtuanya berbeda keyakinan / agama dengan dirinya pun tetap tidak mengurangi rasa hormat padanya.
5. Gemar Menuntut Ilmu Bermanfaat
Anak yang selalu haus ilmu yang bermanfaat bagi dirinya, agama dan masyarakatnya.
Dengan keinginan sendiri dia melengkapi diri dengan bacaan bermanfaat, les, kursus di sela waktu luangnya, ikut terlibat dalam aktivitas sosial, kegiatan kepemudaan, remaja mesjid atau klub-klub olahraga yang bermanfaat.
6. Mampu Mengingatkan Orang Tuanya
Sejatinya orangtualah yang harus mengingatkan anak agar senantiasa berada di jalan yang benar. Tetapi orangtua juga manusia biasa yang penuh kelemahan dan kesalahan.
Anak yang baik akan mengingatkan orangtuanya jika cenderung melakukan dosa / maksiat dengan cara yang ma’ruf.
Hal itu dilakukan semata-mata karena rasa cintanya pada mereka dan tidak ingi mereka terus-menerus melakukan maksiat dan jadi penghuni neraka nantinya.
7. Senantiasa Minta Doa dan Restunya
Apapun yang hendak dilakukannya, sejak dari kecil bahkan setelah dewasa, sukses dan sudah berkeluarga kebiasaan meminta doa restu orangtuanya tak pernah dilupakannya.
Karena dia paham restu orangtua adalah tiket untuk mempercepat dan memudahkan rezekinya. Senantiasa melibatkan orangtua dalam setiap keputusan penting yang akan dibuatnya.
Sebelum ujian, hendak mendaftar ke sekolah yang lebih tinggi, memilih calon pendamping, hendak menikah, hendak memulai usaha dan sebagainya.
8. Tak Pernah Lupa Mendoakan Orang Tuanya
Anak yang saleh tak pernah lupa menyertakan orangtuanya dalam setiap doa-doanya. Dia ingin Allah menjaga, mengasihi, memberi kekuatan, kesehatan pada mereka seperti halnya yang dilakukan orangtuanya saat dirinya kecil.
Dia memohon agar Allah menjaga hatinya untuk tetap senantiasa berbuat baik pada keduanya.
9. Selalu Menceriakan Hati Orangtuanya
Anak-anak adalah rezeki dan keceriaan hati orangtuanya. Anak yang senantiasa menyenangkan dan menceriakan hati orangtua, selalu membuat bangga mereka adalah anak yang membawa rezeki.
Anak ini sangat menjaga nama baik dirinya, orangtua dan keluarga besarnya. Prestasi dan ukiran nama baik menjadi tolak ukurnya.
Bukan anak yang memancing rasa susah, kegalauan, kesedihan, ratapan, umpatan bahkan keluarnya sumpah orangtua padanya.(jef)