Akhlak.id | Islam menjelaskan kepada kita tentang waktu dan tempat mustajab saat berdoa. Banyak dalil sahih yang menyebutkan secara khusus tentang hal itu.
Waktu dan tempat mustajab saat berdoa itu seperti pada sepertiga malam, antara azan dan ikamah, waktu sahur, waktu berbuka puasa, saat melakukan safar, ketika sujud dalam salat, waktu sore di hari Jumat, saat turun hujan, serta beberapa tempat; seperti padang Arafah dan lainnya.
Baca Juga:
Jangan Lewatkan, Ini 3 Waktu Paling Mustajab untuk Berdoa di Bulan Puasa
Selaku hamba Allah Ta’ala yang beriman, kita tentu meyakini dengan sepenuh hati bahwa memang benar waktu-waktu tersebut adalah saat yang tepat untuk berdoa.
Pertanyaannya adalah, doa apa yang seharusnya kita panjatkan agar segera dikabulkan oleh Allah? Tentu kita bebas memohon apa saja yang kita inginkan, asalkan tidak mendoakan keburukan. Namun, prioritaskanlah doa agar Allah Ta’ala memberikan kekhusyukan bagi kita dalam salat.
Salat adalah hal yang fundamental
Baca Juga:
5 Berkah untuk Anak yang Berbakti Kepada Orang Tua
Salat adalah perkara yang sangat penting dan agung dalam Islam. Salat adalah salah satu pondasi, dari 5 (lima) pondasi dalam Islam.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Islam dibangun di atas lima (tonggak): syahadat laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad Rasullullah, menegakkan salat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadhan” (HR. Bukhari no. 8).
Salat juga merupakan pembeda antara seorang muslim dan kafir.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu ’anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya (pembatas) bagi seseorang antara kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan salat” (HR. Muslim no. 82).
Amalan yang pertama kali dihisab di hari akhir adalah salat.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Apabila salatnya baik, maka ia telah beruntung dan berhasil. Dan apabila salatnya berantakan, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika ditemukan kekurangan dalam salat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki salat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari salat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya” (HR. Tirmidzi no. 413 dan An-Nasa’i no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini sahih).
Allah Ta’ala telah menegaskan kepada kita bahwa salat adalah perkara yang pokok untuk ditegakkan.
Selain itu, salat juga dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Allah Ta’ala berfirman,
“Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allâh (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allâh mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45).
Saudaraku, lihatlah betapa agungnya kedudukan salat dalam Islam sebagai pokok yang fundamental.
Sehingga penting bagi kita untuk memperkaya ilmu tentang salat secara menyeluruh.
Salat bukan hanya sekedar menunaikan kewajiban, tetapi juga membedakan kita dengan orang kafir.
Selain itu, kita juga harus memprioritaskan perkara pertama yang dihisab di hari kiamat yaitu salat.
Salat juga dapat membantu kita terhindar dari perbuatan keji dan mungkar yang dapat menghantarkan kita kepada azab Allah Ta’ala.
Pentingnya khusyuk dalam salat
Sebagaimana kita ketahui bahwa syarat diterimanya amal ibadah adalah ikhlas dan ittiba’ (melaksanakannya sesuai petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam).
Maka selanjutnya penting bagi kita untuk melaksanakan amal ibadah secara khusyuk, terutama ibadah salat.
Kata khusyuk beberapa kali disebut dalam ayat Al-Qur’an, di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,
“Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyu” (QS. Al-Isra’: 109).
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir” (QS. Al-Hasyr: 21).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah menafsirkan makna خاشعا pada ayat di atas sebagai “rasa takut”.
Sedangkan Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan bahwa makna خاشعا tersebut adalah “lunak dan tunduk”.
Maksud secara sederhananya adalah hendaklah kita fokus dalam menghadirkan rasa tunduk, takut, dan kerendahan hati saat beribadah menghadap Allah Ta’ala.
Ingatlah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan pujian kemenangan bagi orang-orang yang beriman dengan keberhasilannya menggapai kekhusyukan dalam salatnya.
Hal ini seharusnya semakin memicu semangat dan gairah kita untuk berusaha meraih kekhusyukan dalam setiap melaksanakan ibadah salat. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya” (QS. al-Mu’minuun: 1-2).
Keberuntungan bagi orang yang khusyuk juga sangatlah besar.
Kebahagiaan bagi mereka yang bisa khusyuk dalam salatnya adalah diampuni dosa-dosanya, dihapus kesalahan-kesalahannya, dan ditulis salatnya pada timbangan kebaikannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah seorang muslim mendapati salat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudu, khusyuk, dan rukuknya, kecuali (salatnya) akan menjadi penghapus dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar; dan ini (berlaku) untuk sepanjang masa” (HR. Muslim).
Berdoalah untuk mendapatkan anugerah khusyuk
Mampu melaksanakan ibadah khususnya salat dengan khusyuk adalah anugerah yang sangat istimewa dari Allah Ta’ala.
Kita beryukur karena kita dijauhkan dari bisikan-bisikan setan khinzib yang menggoda kita saat salat.
Bisikan-bisikan tersebut membuat fokus kita saat salat terpecah sehingga hilanglah kekhusyukan dalam salat.
Parahnya hal ini sering dialami oleh sebagian besar muslimin yang melaksanakan salat.
Dari Abul ‘Alaa bahwa ‘Utsman bin Abil ‘Ash mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasullullah, sesungguhnya setan mengganggu salat dan bacaanku, ia menggodaku.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda,
“‘Itu adalah setan, ia disebut dengan khinzib. Jika Engkau merasa diganggu, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan tersebut. Kemudian meludahlah ke sebelah kirimu sebanyak tiga kali.’ ‘Utsman kemudian melakukan seperti itu, lantas Allah mengusir setan itu darinya” (HR. Muslim no. 2203).
Oleh karena itu, hal pertama dan utama yang perlu kita lakukan untuk mengendalikan kekhusyukan dalam salat adalah berdoa.
Memohon kepada Allah Ta’ala agar dianugerahi kekhusyukan dalam setiap melaksanakan ibadah, baik salat ataupun ibadah yang lainnya.
Manfaatkan waktu-waktu dan tempat-tempat mustajab yang telah ditetapkan dalam syariat untuk memanjatkan doa-doa mulia.
Prioritaskanlah munajat kepada Allah untuk diberikan anugerah kekhusyukan dalam salat.
Wallahua’lam. [jat]