AkhlakNews.id | Amsal 4:23 dan 1 Timotius 1:19. Dalam Amsal 4:23, penulis kitab Amsal dalam pimpinan, tuntunan, arahan, bimbingan dan ilham Roh Kudus, menulis: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”.
Pendapat orang pada umumnya bahwa yang perlu dijaga itu harta milik atau aset, kesehatan, anak-anak, suami, istri, pikiran dan lain sebagainya. Pendapat tersebut tidak salah karena memang semua yang disebut penting dan layak dilindungi atau diproteksi.
Baca Juga:
Reses Terakhir, Ahmad Ushtuchri Beri Pesan Ini untuk Pemilih Milenial
Tetapi dalam kutipan firman Tuhan di atas, ternyata kita diperintahkan untuk menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan. Kata “kewaspadaan” terbentuk dari kata dasar “waspada”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “waspada” diartikan dengan: “berhati-hati dan berjaga-jaga; bersiap siaga”.
Jadi, “jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan” menunjuk kepada sikap dan tindakan berjaga-jaga, berhati-hati dan bersiap siaga membentengi hati kita dari segala hal yang mencoba untuk mematikannya. Rasul Paulus menulis kepada Timotius: “Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka” – 1 Timotius 1:19.
Dengan demikian, hati kita menentukan arah hidup dan iman kita. Ada relasi yang kuat antara hati kita dengan jalan kehidupan yang kita tempuh. Dunia mengatakan bahwa kecerdasan atau intelektual kita yang menentukan jalan kehidupan kita, tetapi firman Tuhan menegaskan bahwa hati kitalah yang memiliki peranan dan kunci penentu jalan kehidupan kita.
Baca Juga:
Peduli Warga Penderita Tumor, Anggota DPRD Riau Fraksi PDI-Perjuangan Turun Gunung
Itu sebabnya sebuah pernyataan yang sangat bagus sekali, yang pernah saya dengar beberapa tahun yang lalu dan saya masih ingat pernyataan itu sampai hari ini. Dan pada kesempatan ini saya ingin mengulangnya demikian: “Hati-hati menjaga hati, karena hati sering disakiti oleh hati yang kurang hati-hati”.
Dari pernyataan itu, maka kita bisa menyimpulkan bahwa: hati punya fungsi dan peran yang sangat strategis di dalam perjalanan kehidupan kita. Hati menjadi pusat atau (central) dari semua aktivitas kehidupan kita. Oleh karena itu, sangatlah beralasan penulis kitab Amsal memberi perintah kepada supaya kita menjaga hati kita dengan baik.
Hati kita bisa disakiti, baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. Faktor eksternal bisa membuat hati kita sakit, misalnya karena virus, yang ditimbulkan oleh binatang seperti virus ebola, antrax dan lain sebagainya. Pada sisi lain, faktor internal kita juga bisa membuat hati kita sakit, yaitu: sakit hati dan iri hati. Ini bisa membuat spiritualitas dan iman kita tidak bertumbuh.
Ayub dalam perjalanan hidup dan fakta empiris yang ditemukannya bahwa orang bisa mati karena sakit hati dan iri hati. Dalam kitab Ayub, ditulis demikian: “Sesungguhnya, orang bodoh dibunuh oleh sakit hati, dan orang bebal dimatikan oleh iri hati” – Ayub 5:2.
Oleh karena itu, sebagai umat Tuhan, kita tidak boleh menganggap remeh sakit hati dan iri hati. Karena dampak sangat berbahaya dan bisa membawa kepada kematian.
Penyebab sakit hati
Menurut penulis Mazmur, sakit hati disebabkan oleh dosa. Dia menulis: “Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka;” – Mazmur 107:17.
Apa itu iri hati?
Iri hati artinya suatu reaksi individu secara negatif terhadap sesamanya dimana hidup sesamanya lebih baik, lebih beruntung dan lebih unggul dari dirinya. Iri hati di dalam Alkitab itu sama dengan dendam dan dengki.
Kalau kita tidak membereskan iri hati kita, hal itu akan berujung kepada sakit hati. Dala kalau sakit hati kita juga tidak diselesaikan, maka fisik kita pun akan sakit.
Oleh karena itu, bila pembaca ketika membaca tulisan, dan ada dalam kondisi hidup yang penuh iri hati dan sakit hati, datanglah segera kepada Tuhan, akui iri hati dan rasa sakit hatimu secara jujur, minta ampunan dari Tuhan, maka pasti pembaca akan dipulihkan.
Cara menjaga hati tetap sehat
Satu, bebaskan hatimu dari niat membalas jahat dengan jahat. Rasul Paulus menulis: “Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang” – 1 Tesalonika 5:15. Jangan jadikan hati sebagai tempat menyimpan hal-hal yang negatif. Jadikan hati seperti hatinya Tuhan yang luas untuk melepaskan pengampunan kepada mereka yang menyakiti kita.
Dua, bebaskan hatimu sebagai untuk sukacita Allah melimpah di dalamnya. Rasul Paulus menulis: “Bersukacitalah senantiasa” – 1 Tesalonika 5:16.
Tiga, bebaskan hatimu menjadi tempat untuk selalu berkomunikasi dengan Tuhan. Rasul Paulus menulis: “Tetaplah berdoa” – 1 Tesalonika 5:17.
Empat, bebaskan hatimu untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan. Rasul Paulus menulis: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” – 1 Tesalonika 5:18.
Lima, bebaskan hatimu untuk menjadi tempat yang layak bagi Tuhan. Penulis Injil Matius menulis: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” – Matius 5:8.(jef)