Akhlak.id | Semua orang pasti ingin hidup dengan bahagia, bukan? Namun, terkadang orang justru menjelma jadi pencari kebahagiaan semu dan lupa bahwa sebenarnya kebahagiaan sejati itu hanya perlu diciptakan lewat rasa syukur dalam diri sendiri.
Saking sibuknya berjuang menemukan kebahagiaan, kamu malah terjebak dalam sikap kurang bersyukur sampai semua terasa tak pernah cukup.
Baca Juga:
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapanuli Tengah Bersihkan Sampah di Onan Hajoran
Kamu hanya akan jadi pribadi yang kurang bersyukur kalau lima sikap ini masih dipertahankan. Yuk, beranikan diri ubah sikap dan pola pikirmu.
1. Terlalu sibuk melihat kebahagiaan orang lain
Saat kamu jadi kelewat sibuk melihat kebahagiaan orang lain, perlahan rasa bersyukurmu malah akan terkikis.
Baca Juga:
Hidupkan Mancis saat Turunkan Jerigen Berisi BBM, Pick-up Daihatsu Grand Max Terbakar
Cara mereka mendapatkan kebahagiaan dan mengekspresikannya tanpa sadar kamu jadikan standar untuk kebahagiaanmu juga. Padahal, hal tersebut belum tentu sesuai jika diterapkan dalam hidupmu.
Makin kamu fokus memperhatikan orang lain, sikap ini akan semakin membuatmu hidup dalam perbandingan yang malah membebani pikiranmu sendiri akibat kebiasaan adu nasib.
Bukannya semakin tahu cara berbahagia, kamu malah semakin jauh dari rasa syukur atas kebahagiaan yang sebenarnya sudah kamu miliki.
2. Belum bisa memahami makna kebahagiaan sejati
Kadar rasa syukur yang kian berkurang gak lepas dari pola pikirmu dalam memaknai kebahagiaan itu sendiri.
Saat mulai terjebak dalam mindset bahwa bahagia itu harus diawali dari hal yang serba spesial, kamu justru jadi semakin jauh dari memahami esensi kebahagiaan versimu sendiri.
Bahagia bukan lagi dirasakan di hati, tapi mulai kamu pasrahkan pada syarat-syarat tertentu yang belum tentu sesuai.
Pada akhirnya, hal sederhana yang sebenarnya sudah mampu menghangatkan hati, tidak terasa membahagiakan lagi. Kamu mulai meremehkan ketenangan hidup karena menganggap bahagia itu harus lebih besar dan wah.
3. Selalu merasa kurang
Imbas dari mindset tentang kebahagiaan "besar" tadi, pada akhirnya akan selalu membuatmu merasa kurang. Sudah punya rumah tempat pulang setiap hari, masih berambisi punya rumah mewah.
Sudah punya pekerjaan nyaman, masih ingin mencari kenaikan jabatan yang dianggap mampu lebih membahagiakan.
Padahal, kebahagiaan hidup itu sebenarnya hanya tentang rasa cukup.
Kalau gak pernah merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki, kamu pun akan selalu menginginkan lebih banyak hingga gak pernah bisa mensyukuri apa pun. Semua serba kurang, meski sebenarnya kamu sudah berkecukupan.
4. Terlalu menuntut, lupa untuk berbagi
Pada akhirnya, kamu jadi pribadi yang terus menuntut segala sesuatu agar bisa dimiliki demi bisa memuaskan keinginanmu ketika kekurangan rasa syukur.
Belum lagi saat sibuk menuntut banyak hal, kamu jadi lupa untuk berbagi dengan orang lain.
Kamu berpikir dirimu masih kekurangan hingga berbagi hanya akan semakin mengurangi "jatah" kebahagiaanmu.
Padahal dengan berbagi, kamu justru bisa menumbuhkan rasa syukur bahwa sebenarnya masih banyak orang yang hidupnya tidak senyaman dirimu.
5. Belum paham konsep self-love dengan baik
Sebenarnya, rasa syukur erat kaitannya dengan level self-love yang tumbuh dalam dirimu.
Saat kamu bisa mencintai diri sendiri, semua hal tentang dirimu akan semakin terlihat, termasuk apa saja yang sudah dimiliki dan diraih selama ini.
Mulai dari pekerjaan yang mapan, keluarga yang rukun, teman yang suportif, sampai pada ketenangan hati yang dirasakan.
Tanpa self-love, kamu gak akan bisa melihat semua itu dengan sangat baik dan cermat. Walhasil, rasa syukur atas semua hal yang sudah dimiliki dalam hidup akan semakin sulit hadir dan bertumbuh.
Pada akhirnya, kamu pun akan mengalami kesulitan dalam menilai dan menghargai diri sendiri.
Kalau kelima sikap tadi masih kamu miliki, tandanya level rasa bersyukurmu masih sangat rendah.
Beranikan diri untuk segera mengubah sikap lewat pembenahan pola pikir agar hidup jadi lebih tenang karena sudah mampu mensyukuri banyak hal. Sudah siap memperbarui diri belum, nih?. [jat]