Akhlak.id | Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang biasa kita kenal dengan BJ Habibie adalah Presiden ketiga Indonesia yang telah meninggal dunia pada 8 September 2019.
Sosok luar biasa ini berperan besar bagi kemajuan teknologi Indonesia sehingga kerap menjadikannya tokoh inspiratif bagi kebanyakan orang.
Baca Juga:
Tips Ampuh Mengembalikan Semangat Usai Kehilangan Pekerjaan
Memulai pendidikannya di Jerman
Semangat yang tinggi dalam menimba ilmu setinggi-tingginya membuat dirinya yang telah mengambil kuliah elektro di ITB tergoda untuk melanjutkan pendidikan ke Negeri Jerman.
Berkat tekadnya untuk bisa menjadi pemuda yang berguna bagi bangsanya dan cita-citanya membuat pesawat terbang sendiri, mengantarkannya untuk memulai pendidikan di Jerman hingga dia mendapatkan gelar doktor dan mendapatkan nilai rata-rata 10.
Baca Juga:
Tiga Polisi Dapat Penghargaan, Kapolres Sibolga Harap Dapat Memotivasi Anggota Lainnya
Rela berjalan kaki untuk menghemat pengeluaran
Selepas ia menikahi wanita bernama Hasri Ainun Besar pada tahun 1962, ia membawa sang istri untuk hidup dan bekerja di Jerman.
Biaya hidup yang tinggi dan gaji yang tidak terlalu besar membuat Habibie rela berjalan kaki saat bekerja dan Ainun rela mengantre di tempat pencucian umum demi bisa menghemat pengeluaran keuangan.
Kembali ke Indonesia untuk memajukan bangsa
Pada tahun 1974, ia diminta untuk kembali ke Indonesia untuk membantu pembangunan industri yang sudah semakin maju.
Ia pun ditempatkan sebagai penasihat pemerintah dan kepala perusahaan kedirgantaraan. Saat inilah, mimpi yang sudah lama ia harapkan pun perlahan-lahan mulai muncul ke permukaan.
Pada tahun 1993, Habibie berhasil meluncurkan pesawat terbang pertama hasil rancangannya yang diberi nama N250 Gatot Kaca.
Namun sayangnya, krisis moneter yang dialami Indonesia membuat perusahaan tersebut harus ditutup dan membuat 16 ribu karyawan kehilangan pekerjaan.
Bangkit ke di dunia politik
Penutupan perusahan tersebut tentunya memberikan kesedihan tersendiri bagi Habibie. Namun berkat semangat dari keluarga, ia berhasil bangkit dan mulai merintis karier politiknya.
Pada bulan Maret 1998, ia diangkat menjadi wakil presiden dan dua bulan kemudian ia diangkat menjabat menjadi presiden dan mulai menerapkan berbagai kebijakan besar.
Dari kisah di atas dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
- Jika ingin mewujudkan mimpi, maka tempuhlah pendidikan setinggi-tingginya bahkan jika harus pergi ke negeri yang jauh.
- Gagal itu wajar, namun bagaimana kita bisa bangkit dan memulai kembali sesuatu yang lebih baik. [jat]