UMKM.WahanaNews.co | Bagi sebagian orang mungkin cicak adalah binatang yang tampak menggelikan. Namun hal itu rupanya tidak berlaku bagi Sugandi, warga Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Sebab bagi sugandi, cicak yang sering terlihat merayap di dinding-dinding rumah itu adalah binatang yang justru membuatnya bisa meraup pundi-pundi rupiah alias keuntungan.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Setidaknya sudah sekitar 13 tahun Sugandi menjadikan cicak sebagai komoditas dalam kegiatan bisnisnya. Namun, cicak yang diproduksi dan dijual Sugandi bukanlah cicak hidup, melainkan sudah dalam keadaan kering setelah melewati beberapa tahapan proses.
Tidak hanya bicara soal keuntungan, bisnis cicak kering yang dijalani oleh Sugandi juga ternyata memiliki dampak positif bagi warga yang ada di sekitar lingkungannya.
Sebab dari bisnis itu, Sugandi yang kesehariannya sebagai kepala sekolah di salah satu SD di desanya itu bisa mempekerjakan warga, khususnya ibu-ibu yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Saat ini, setidaknya ada sekitar dua puluh orang ibu-ibu yang ia ajak bekerja untuk membantu proses produksi cicak kering, mulai dari tahap pencucian hingga ke tahap pengemasan.
"(Pegawai) ada sekitar dua puluh orang. Semuanya warga sekitar, tetangga semua," kata Sugandi.
Dua puluh orang ibu-ibu yang bekerja dalam proses pembuatan cicak kering ini, masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Ada yang bertugas mencuci dan menjemur cicak dan ada juga yang betugas mengemas cicak-cicak yang sudah jadi.
Dengan dibantu oleh dua puluh orang pegawai, dalam sehari Sugandi mampu memproduksi cicak kering hingga sekitar 40 Kilogram. Sementara jika dalam waktu satu bulan, produksinya mencapai lebih dari 1 ton.
Menurut Sugandi, cicak-cicak kering yang ia produksi tidak untuk dipasarkan di dalam negeri, melainkan untuk diekspor ke negara luar, khususnya China.
"Untuk saat sekarang harga per Kilogramnya Rp 380 ribu. Tapi itu untuk cicak kering yang dalam keadaan utuh dan ada ekornya atau istilahnya grade A. Kalau yang grade B itu harganya Rp 280 ribu. Selisih Rp 100 ribu," kata Sugandi.
"Untuk proses penjualan (cicak kering) itu diurus oleh adik saya. Saya biasa menjualnya ke China," kata dia menambahkan.
Adapun untuk kebutuhan pasokan cicak basah, Sugandi mendapatkannya dari para pengepul yang ada di beberapa daerah. Mulai dari Cirebon, Indramayu, hingga Karawang. Dari para pengepul, Sugandi membeli cicak basah seharga Rp 52 ribu per 1 Kilogram.[zbr]