WahanaNews-Tani | Kisah seorang ibu merekam proses menjadikan jasad anaknya menjadi pupuk kompos. Video tersbut telah ditonton sampai 50 juta kali.
Anak satu-satunya ibu ini meninggal dunia dan berakhir demi menyuburkan tanaman lain. Alasan sang ibu mengubur jasad anak tersebut menjadi pupuk kompos sedang viral dibicarakan.
Baca Juga:
Keluarga hingga Kapolda Sumbar Hadir Saat Pembongkaran Makam Afif Maulana
Seorang ibu asal Amerika Serikat punya cara berbeda menjadikan hidup anaknya bernilai dan berharga. Baginya, sang anak yang telah meninggal dunia tetap bisa bernilai meski sudah tak ada.
Sang ibu menilai anaknya tetap bisa berguna bagi kehidupan dengan cara menjadi vitamin dan mineral bagi tumbuhan untuk terus berkembang biak.
Ibu asal Amerika Serikat tampak ceria bahkan ketika memperlihatkan detik-detik mengubah tubuh anaknya menjadi pupuk kompos.
Baca Juga:
Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang Ditolak Keluarga
Alasan ibu ini ternyata karena permintaan menjadikan anak pupuk kompos itu berasal dari sang anak sendiri.
Sebelum meninggal dunia, sang anak menyampaikan keinginannya untuk tetap berguna meskipun sudah meninggal dunia kelak.
Kegiatan pengubahan jasad menjadi pupuk kompos tersebut direkam dan tayangannya menjadi viral.
Seperti mengutip dari TribunJatim.com dari New York Post via TribunStyle.com, Selasa (21/3/2023), selama hidupnya, sang anak begitu peduli terhadap lingkungan. Ia juga ingin menjadikan planet bumi ini lebih hijau.
Isu iklim yang tengah merebak di berbagai belahan dunia menggerakkan keinginan terdalamnya. Oleh karena itu, ia ingin jenazahnya dijadikan pupuk kompos oleh keluarganya demi penghijauan di muka bumi ini. Sang anak tidak mau dirinya dikuburkan dengan kondisi pada umumnya, dikebumikan di tanah.
Ia ingin dijadikan kompos agar bisa langsung berguna bagi pertumbuhan tanaman dan makhluk hidup lainnya. Tak ingin melupakan keinginan putranya, ibu tersebut memenuhinya.
Untuk memenuhi keinginan putranya, ibu tersebut pergi ke sebuah perusahaan pengomposan. Dia meminta pada penyedia jasa pengomposan tersebut untuk menjadi jenazah putranya menjadi pupuk.
Tak lama kemudian, perusahaan itu menyetujui keinginan keluarga tersebut. Hingga pada hari pengomposan tiba, ibu tersebut tampak gembira. Kegembiran ibu tersebut terekam dalam sebuah video TikTok akun @returnhomenor. Video tersebut diunggah oleh perusahaan Return Home Terramation. Semenjak diunggah pada awal tahun, video tersebut telah ditonton sebanyak 50 juta kali.
Video menjadi sangat viral dan banyak orang yang memberikan pujian meski ada pula yang mengkritik. Tetapi, akibat aksi sang ibu, banyak orang ikut berkeinginan sama. Ibu ini turut membantu proses pengomposan jenazah anaknya.
“Ketika putra satu-satunya meninggal dan Anda melaksanakan keinginannya untuk dikomposkan sampai akhir,” bunyi keterangan dalam video.
Video tersebut memperlihatkan seorang ibu yang turut melakukan pengomposan. Ibu tersebut tampak menyebarkan lapisan kompos ke jenazah anaknya.
Hingga pada akhirnya jenazah yang telah menjadi pupuk tersebut dikirim kembali dalam bentuk tanah yang dapat digunakan.
Pemakaman tersebut telah ramai dilakukan di negara bagian Amerika Serikat, yakni New York, Negara Bagian Washington, Colorado, Oregon, Vermont, dan California.
Seorang pekerja Return Home Terramation memberikan penjelasan mengenai 'pemakaman hijau' tersebut.
“Ini sebenarnya cukup sederhana,” kata pekerja Brienna Smith, dikutip dari NeedToKnow Online pada Rabu (22/3/2023).
“Kami memuat bejana kosong dengan campuran bahan organik yang digabungkan untuk mempercepat penguraian tubuh manusia.”
Menurut Smith, material yang ada dalam bejana tersebut di antaranya:
1. Alfalfa
2. Jerami
3. Serbuk gergaji.
“Selama 60-90 hari, kami terus memantau aliran oksigen, suhu, dan tingkat kelembapan di dalam bejana tersebut,” jelasnya.“ ujarnya.
"Pemantauan konstan ini memungkinkan kami melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan untuk memastikan terramasi yang tidak bermasalah.” imbuhnya.
Pekerja mengatakan setelah tubuh jenazah selesai dalam pengomposan, kompos dikirim kembali ke keluarga. Pihak keluarga bebas menggunakan pupuk tersebut sesuai keinginan mereka.
“Kremasi dan penguburan 'tradisional' AS sama-sama merusak lingkungan, keduanya menggunakan sumber daya yang luar biasa,” kata Smith.
“Terramation membutuhkan sumber daya yang sangat sedikit dan prosesnya hampir sepenuhnya pasif, sehingga sangat sedikit energi yang digunakan,” katanya.
Smith juga mengatakan proses tersebut memungkinkan orang yang dicintai untuk "lebih terlibat" dalam perawatan jenazah.
Return Home Terramation bahkan menunjukkan bagaimana seseorang memotong rambut mereka dan memasukkannya ke dalam bejana sebagai penghargaan atas hubungan mereka.
“Terramation, meski berfokus pada keberlanjutan industri perawatan kematian, tidak akan berarti apa-apa tanpa orang-orang yang telah memilih layanan tersebut,” kata Smith.
“Mereka yang memilih terramation tahu bahwa mereka akan ditawari kemampuan untuk terlibat dalam perawatan akhirat orang yang mereka cintai dengan cara yang terperinci seperti yang mereka pilih.” [tum/tribun]