WahanaNews-Tani | Indonesia mulai masuk masa pancaroba alias peralihan musim.
Hal ini dikatakan Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto terkait dengan pertanyaan terkait alasan udara terasa gerah belakangan ini.
Baca Juga:
HBB Provinsi Jambi Dukung Miracle Sitompul Pada Putri Indonesia 2024 Edisi ke-27 Mewakili Provinsi Jambi
"Secara umum saat ini Indonesia mulai masuk Periode Pancaroba," ujarnya, lewat pesan singkat melansir CNNIndonesia.com, Jumat (24/3).
"Ketika memasuki bulan Ramadhan, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki wilayah Pancaroba," lanjutnya.
Secara umum, gejalanya adalah suhu panas pada pagi hingga siang, munculnya awan konvektif (pembentuk hujan) di sore hingga menjelang malam yang membawa hujan disertai kilat/petir dan angin kencang sesaat.
Baca Juga:
Matahari Tak Terbenam, 7 Negara Ini Jalani Hari-hari Tanpa Malam
"Kondisi tersebut yang saat ini dapat memicu kondisi suhu pada siang hari di Jabodetabek dan beberapa wilayah Indonesia lainnya dapat terjadi cukup terik," ujar Guswanto.
Selain itu, kata dia, udara panas juga dipicu oleh faktor minimnya tutupan awan, rendahnya kelembapan udara di wilayah Jakarta pada pagi hingga menjelang siang hari, serta penyinaran Matahari yang tengah berada di khatulistiwa.
Saat ditanya soal kemarau, akibat El Nino, yang datang lebih cepat, Guswanto menepisnya.
"Awal musim kemarau tidak serempak, namun mengikuti ruang/zona musim dan waktu. Khusus untuk DKI Jakarta musim kemarau bulan Juni," jawab dia.
Guswanto pun mengungkap kronologi kedatangan musim kemarau di Indonesia.
1. April: Bali, NTB, NTT, sebagian besar Jawa Timur
2. Mei: sebagian besar Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian besra Jawa Barat, mayoritas Banten, sebagian Pulau Sumatra bagian selatan, Papua bagian selatan.
3. Juni: Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, mayoritas Pulau Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Pulau Sulawesi bagian utara.
Sebelumnya, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan memperkirakan El Nino yang terbilang lemah akan melanda setidaknya hingga Agustus. Ia pun memprediksi kemarau kering rampung pada Oktober.
"Peluang 50 persen untuk mengalami El Nino lemah itu pada periode Juni, Juli, Agustus. Dampak kekeringan, ya," ujar dia, dalam konferensi pers, Januari 2023.
"Ini curah hujan berkurang, kita harus mengantisipasi kekeringan tapi Insyallah enggak panjang, Oktober semoga sudah selesai," tutupnya. [tum/cnnindonesia]