Wahanatani.com | Puluhan petani yang tergabung dalam program Jejak Setapak meraup cuan hingga ratusan juta rupiah dalam sekali panen dari pertanian organik.
Hendra Wijaya, Sekretaris Koperasi Sari Pati Tani mengatakan, Jejak Setapak saat ini fokus pada pemberdayaan pada tiga sektor. Yakni pertanian organik, akuaponik, dan UKM yang melibatkan ibu-ibu. Total ada 56 warga yang tergabung dalam program ini.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
“Ada 37 orang yang tergabung dalam Paguyuban Saripati Tani, 9 pemuda di akuaponik, dan 10 ibu-ibu yang mengelola usaha kuliner memanfaatkan produk beras dari pertanian organik yang dikembangkan Jejak Setapak,” kata Hendra.
Sartim, Ketua Koperasi dan Paguyuban Kelompok Tani Saripati Tani mengungkapkan, inovasi pertanian organik menjadi andalan pada program Jejak Setapak.
Paguyuban Saripati Tani
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
Paguyuban Saripati Tani mengelola 6,7 hektar lahan pertanian organik dengan mengaplikasikan sistem organik pemanfaatan botol plastik 10 kilogram.
Produk pertanian organik Sari Pati Tani memiliki keunggulan secara ekonomi maupun lingkungan. Sebab, pertanian organik dapat meregenerasi kesuburan tanah secara alami dan dapat menopang kegiatan pertanian dalam jangka panjang. Hal ini berbeda dengan pertanian nonorganik yang mengandalkan pupuk kimia.
“Semakin lama penggunaan pupuk jenis ini justru berpengaruh pada berkurangnya kemampuan tanah untuk meregenerasi dirinya sendiri,” ujar Sartim.
Kemudian secara ekonomi, pertanian organik memiliki nilai harga yang lebih tinggi dari beras nonorganik. Hal ini karena kandungan gizi dan mineral yang terkandung dalam produk beras organik dinilai lebih baik ketimbang beras non organik.
“Peningkatan gaya hidup sehat yang marak diterapkan turut meningkatkan nilai tawar beras organik sebagai pilihan produk yang lebih sehat,” katanya.
Omzet petani di program Jejak Setapak
Adapun omzet petani dalam program Jejak Setapak mencapai Rp 240 juta per panen. Sedangkan omzet pemuda yang mengelola akuaponik sebesar Rp 5,9 juta setiap bulan.
“Alhamdulillah, program Jejak Setapak Subang Field ini telah membantu ekonomi masyarakat Kelurahan Plawad,” ujar dia.
Senior Manager PT Pertamina EP (PEP) Zona 7 Subang Field Ndirga Andri Sisworo mengatakan, program Jejak Setapak adalah salah satu kontribusi perusahaan dalam menjaga kondisi pertanian masyarakat agar tetap lestari.
Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis migas berkelanjutan yang berlandaskan prinsip Environmental, dan Social and Governance (ESG).
Yakni dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan di sekitar wilayah daerah operasi perusahaan.
“Program Jejak Setapak adalah selaras dengan alam. Dengan program ini, kami berupaya memperbaiki struktur kesehatan tanah sawah melalui pertanian organik," ujar.
PEP Subang, kata Ndirga, mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 15 terkait ekosistem darat dan SDGs 2 dalam mewujudkan kondisi tanpa kelaparan, dalam penetapan kawasan pertanian berkelanjutan di tengah berkurangnya lahan sawah setiap tahun.
Program Jejak Setapak
Program Jejak Setapak PEP Subang Field dikembangkan di Kelurahan Plawad, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. PEP Subang Field telah mengembangkan program ini sejak 2019 lewat pembentukan kelompok.
Pengelolaan program Jejak Setapak yang sebelumnya dilakukan secara terpisah oleh mitra binaan di sektor pertanian dan akuaponik, kini sudah terintegrasi melalui Koperasi Paguyuban Saripati Tani.
Adapun latar belakang program Jejak adalah realita Karawang sebagai lumbung padi nasional terancam akibat luas lahan yang menurun setiap tahun. Selain itu, ada ancaman kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida.
Mengutip data Food and Agricultural Organization (FAO), 69 persen tanah pertanian di Indonesia dikategorikan sudah rusak parah.
“Kami juga melihat urgensi regenerasi petani, apalagi menurut data Kementerian Pertanian, petani muda Indonesia hanya 8 persen dari total petani yang mencapai 33,4 juta orang,” kata Ndirga.
Saat ini, Jejak Setapak memasuki fase pemantapan program, yaitu wirausaha sebelum PEP Subang Field menerapkan exit program pada 2023. Harapannya, mitra binaan jadi mandiri dan menempatkan program Jejak Setapak sebagai sentra studi di Karawang.
“Berbagai inovasi dan kontribusi telah dilakukan untuk program JEJAK SETAPAK, di antaranya integrasi budidaya perikanan dan padi, sertifikasi organik oleh INOFICE, akuaponik, biofilter, dan penyediaan Solar System Water Circulation (SOSYS TERI)," terang Ndirga. [jat]