Wahanatani.com | Tingkat demi tingkat sayuran hijau tampak bertumpuk secara vertikal di pertanian dalam ruangan. Mereka disinari lampu buatan.
Berkat lampu LED, pertanian vertikal (vertical farming) itu menghasilkan berbagai macam tanaman secara hidroponik, yaitu dengan media air atau tanpa tanah.
Baca Juga:
Cheri Bayuni Budjang Dukung Penuh KWT Mandiri di Kabupaten HST
Direktur Eksekutif Kebun UNS, Mehlam Murtaza, mengatakan, "Kami membangun pertanian berteknologi tinggi ini dengan tujuan menghasilkan makanan bermutu dan bergizi tinggi serta segar, bagi penduduk Uni Emirat Arab (UEA) dan wilayah Timur Tengah yang lebih luas."
Di pertanian vertikal itu, sayuran ditanam dengan budidaya tikar wol yang tidak tercemar, sehingga produk bebas dari bahan kimia dan pestisida.
Selain itu, 90 persen air yang mengairi tanaman-tanaman itu didaur ulang untuk digunakan kembali.
Baca Juga:
Tanam 5 Pohon Ganja, Pesulap IAS di Tangkap
Kembali Murtaza, "Pertanian vertikal mungkin bukan solusi akhir, tetapi jelas merupakan unsur kunci yang dapat menyediakan produk hiperlokal yang sangat mudah rusak dan rentan, ke pasar lokal."
Dengan tantangan berat dari perubahan iklim, pandemi Covid-19 dan gangguan rantai pasokan dunia, ketahanan pangan dianggap sebagai prioritas nasional bagi pemerintah UEA yang berusaha meningkatkan produksi pangan sebesar 30 hingga 40 persen dalam 10 tahun mendatang.
Perkebunan UNS memulai proyeknya pada September 2018 dan berencana membuat perkebunan serupa di banyak lokasi di dalam negeri dan di kawasan itu.
Monica Chu, seorang jurumasak di restoran Society mengatakan, "Seladanya lebih segar dan ditanam secara lokal yang tidak musiman, tersedia sepanjang tahun tetapi rasa selada itu lebih segar dan melengkapi hidangan."
Koki-koki di restoran dan hotel puas dengan sayuran yang diproduksi secara lokal karena lebih segar dan tahan lebih lama. [jat]