WahanaNews-Tani | Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Faisol Amir mengungkapkan, fenomena urbanisasi yang tidak terbendung dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya dapat mengancam regenerasi petani dan kelangsungan sektor pertanian Indonesia.
Aktivitas yang sudah menjadi bagian dari perayaan Idul Fitri tidak bisa terlepas dari urbanisasi yang banyak terjadi di Indonesia.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
“Berkurangnya pekerja di sektor ini perlu menjadi evaluasi pemerintah karena jumlah pekerja sektor pertanian, yang kebanyakan berada di pedesaan, terus berkurang. Hal ini berdampak pada produksi dan ketersediaan pangan yang sebelumnya memang sudah tidak mencukupi kebutuhan nasional,” ujar Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Faisol Amir dalam siaran persnya, Senin (24/4/2023), melansir dari Kompas.com.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Angkatan Kerja Nasional, penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2022 berjumlah 38,7 juta orang. Jumlah ini jauh berkurang kalau dibandingkan dengan data di 2018 di mana jumlah pekerja sektor pertanian berjumlah sekitar 6 juta orang.
Selain urbanisasi penduduk usia produktif yang terus meningkat, ketertarikan generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian yang rendah juga menjadi penghambat regenerasi petani di Indonesia.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Data BPS tahun 2019 mencatat, hanya 8 persen atau sekitar 2,7 juta dari 33,4 juta orang petani di Indonesia yang berusia antara 20-39 tahun. Faisol menambahkan, penurunan pekerja sektor pertanian ini berpotensi besar mempengaruhi produksi komoditas pangan nasional.
Produktivitas pangan nasional dikhawatirkan tidak mampu memenuhi jumlah permintaan pasar yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Faisal juga mengatakan, kesenjangan antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan inilah salah satunya yang menyebabkan tingginya harga komoditas pangan.
Selain itu, tenaga kerja di sektor pertanian yang didominasi usia lanjut (kurang produktif) membuat adopsi teknologi pertanian menjadi lebih lambat. Belum lagi generasi muda yang tumbuh di pedesaan, khususnya mereka yang mendapatkan pendidikan sekolah secara formal, cenderung ingin mengejar pekerjaan yang berpotensi memberikan banyak penghasilan secara cepat, yang biasanya berasal di daerah perkotaan. [tum/alp]