WahanaNews-Tani | Menyusul adanya kekhawatiran tentang kekurangan pangan yang semakin memburuk, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mendesak jajarannya untuk melakukan "transformasi mendasar" dalam produksi pertanian.
Hal tersebut diungkapkan Kim dalam pidatonya di hari kedua rapat pleno Komite Pusat Partai Buruh Korea ke-8 pada Senin (27/02), demikian seperti dilaporkan oleh kantor berita negara KCNA, dilansir dari detikcom, Rabu (1/3/2023).
Baca Juga:
PLN Lakukan Berbagai Inisiatif Jalankan Arahan Presiden untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Dalam kesempatan tersebut, Kim mengatakan bahwa yang menjadi prioritas utama tahun ini adalah mencapai target produksi biji-bijian. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya produksi pertanian yang stabil.
Laporan KCNA tidak merinci tindakan apa yang akan diambil oleh Korea Utara untuk mewujudkan transformasi tersebut, tetapi Kim menegaskan perubahan tersebut harus terwujud dalam beberapa tahun ke depan.
Menurut para peneliti, sebagian besar produksi pertanian Korea Utara disumbang oleh sistem pertanian kolektif. Sistem pertanian semacam itu biasanya menampung banyak petani-petani skala kecil untuk bekerja bersama-sama dalam menghasilkan produksi pertanian.
Baca Juga:
Mengerikan, Menteri Trenggono Ingatkan Semakin Banyak Orang Kurang Pangan di Dunia
Dalam pidatonya, Kim juga menyebutkan tentang "pentingnya pertumbuhan kekuatan produktif pertanian" dalam memastikan terwujudnya pembangunan sosial.
Seperti diketahui, Korea Utara saat ini berada di bawah sanksi ketat internasional yang dijatuhkan atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya. Selain itu, ekonomi negara juga diperburuk oleh penguncian perbatasan dalam menghentikan wabah COVID-19.
Separah apa kelangkaan pangan di Korea Utara?
Seberapa parah tingkat kelangkaan pangan di Korea Utara memang masih belum jelas, tetapi laporan proyek 38 North yang berbasis di AS pada Januari lalu mengatakan bahwa tingkat kelangkaan pangan berada di titik terburuk sejak bencana kelaparan yang melanda negara itu pada 1990-an.
"Ketersediaan pangan mungkin telah turun di bawah batas minimum kebutuhan manusia," kata laporan itu.
Laporan 38 North juga mengungkap bahwa upaya swasembada Korea Utara dengan memproduksi semua biji-bijiannya di dalam negeri justru membuat negara itu rentan.
"Ironisnya, upaya Korea Utara untuk mencapai hasil pertanian yang memadai di tanah sendiri justru menghasilkan ketergantungan besar terhadap barang-barang impor dan membuat negara itu terkena guncangan global, konflik diplomatik, dan cuaca buruk," kata laporan tersebut.
Solusi jangka panjang
Menurut 38 North, solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah kelangkaan pangan sebagian terletak pada penyelesaian masalah senjata nuklir dan sanksi. Selain itu, dibutuhkan pula reformasi ekonomi.
Inisiasi reformasi ekonomi dalam negeri akan memungkinkan Korea Utara untuk mengekspor produk industri dan jasa yang dapat diperdagangkan, memperolah devisa, dan mengimpor biji-bijian curah secara komersial dan berkelanjutan, kata 38 North. [tum/reuters/detik]