Wahanatani.com | Kementerian Pertanian (Kementan) membeberkan langkah antisipatif dampak perubahan iklim terhadap pertanian.
Berdasarkan laporan BMKG terbaru sebanyak 24,56 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau.
Baca Juga:
Pangkas 145 Regulasi, Kebijakan Distribusi Pupuk Langsung Ke Petani Dinilai Tepat
Wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi Aceh bagian utara dan timur, pesisir Utara Banten, pesisir utara Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah.
Lalu, sebagian Jawa timur, sebagian besar NTB, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat bagian timur, Sulawesi Tengah bagian barat, Sulawesi Utara bagian selatan, dan Papua Barat bagian utara.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim hingga akhir tahun dan mengamankan produksi pangan, pihaknya menyiapkan kegiatan adaptasi dan mitigasi sebagai langkah antisipatif.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Minta Kementan Libatkan Unsur Masyarakat Sesudah Ubah Lahan Pertanian Jadi Sumber Listrik untuk 52 PLTU
Adapun kegiatan adaptasi yang dilakukan mencakup pembangunan sumber air alternatif secara masif untuk mengurangi dampak kekeringan di sektor pertanian, yakni pembangunan embung sebanyak 400 unit, perpompaan 688 unit, dan perpipaan 150 unit.
"Kemudian pengembangan irigasi hemat air melalui rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) 3.600 unit," ujar Syahrul dalam Rapat Dengar Pendapat bersama DPR RI, Kamis (2/6).
Langkah adaptasi selanjutnya yakni melakukan pemanfaatan asuransi pertanian sebagai antisipasi dampak perubahan iklim.
Kemudian, pemberdayaan benih secara masif terutamanya varietas-varietas toleran kekeringan dan varietas-varietas toleran rendaman/banjir.
Kementan juga akan mengembangkan secara masif unit pengelolaan pupuk organik (UPPO) untuk aplikasi bahan organik tanah dalam upaya meningkatkan kapasitas tanah menahan air.
Lalu, langkah adaptasi yang terakhir adalah diversifikasi pangan lokal, mengurangi ketergantungan padi karena padi butuh air yang banyak, mulai fokus ke non padi seperti, jagung, sukun, singkong, pisang yang relatif sedikit butuh air.
Sedangkan tindakan mitigasi yang akan dilakukan melalui empat langkah.
Pertama, pengembangan kawasan kebun pekarangan dengan tanaman kelapa, kopi, mangga, lengkeng untuk memperbanyak penyerapan CO2 dan mengurangi pemanasan global.
Kedua, rehabilitasi lahan-lahan kritis dalam rangka mengurangi pemanasan global dengan tanaman buah-buahan.
Ketiga, mengurangi food losses, food losses mengurangi efisiensi dan meningkatkan emisi gas rumah kaca terutama gas metan (CH4).
Keempat, melakukan bimbingan teknis adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. [jat]