Wahanatani.com | Awal pekan ini, Kabupaten Banyumas dan Cilacap, Jawa Tengah dilanda bencana hidrometeorologi.
Banjir, longsor dan angin kencang merusak infrastruktur dan rumah penduduk.
Baca Juga:
BMKG Wanti-wanti Potensi Bencana Hidrometeorologi di Masa Transisi Kemarau
Tak hanya itu, banjir juga merendam lahan pertanian. Padi dan tanaman lainnya terancam rusak. Di Cilacap, banjir dan longsor terjadi di delapan kecamatan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Cilacap, Melati Asih mengatakan dua tanaman yang paling terdampak adalah padi dan kacang-kacangan.
Bencana hidrometeorologi berupa angin kencang dan hujan lebat menyebabkan padi roboh. Banjir juga merendam tanaman padi di wilayah terdampak.
Baca Juga:
Sirkulasi Siklonik di Laut Cina Selatan, BMKG: 8 Provinsi Siaga Bencana
“Jadi yang terlaporkan sementara dari lapangan. Memang kemarin ada yang menyampaikan bahwa karena hujan yang hari Minggu kemarin, ada yang kebanjiran,” katanya, Rabu (29/6/2022).
Wilayah terdampak di antaranya Kecamatan Maos dan Adipala di wilayah Cilacap timur, serta Kawunganten, Bantarsari dan Sidareja di wilayah Cilacap barat.
Saat ini, kata dia, petugas di lapangan masih melakukan pendataan mengenai dampak banjir tersebut sehingga data faktualnya belum bisa dikemukakan.
Pendataan Masih Berlangsung
Menurut dia, kacang-kacangan terancam busuk jika terendam banjir. Sementara ini, data yang masuk dari Kecamatan Cipari.
Di kecamatan ini, ada 19 hektare tanaman kacang-kacangan dan jagung di tiga desa yang terdampak banjir tersebut.
“Seperti itu. Ada yang kebanjiran, itu yang paling riskan itu kan tanaman kacang-kacangan. Kalau untuk tanaman padi, itu wilayah timur, itu ada juga, hanya roboh,” dia menjelaskan.
Melati mengungkapkan, meski skala banjir dan angin kencang mencakup wilayah yang luas, namun dia optimis dampaknya tidak sebesar banjir pada Maret 2022 lalu.
Pasalnya, rendaman ke tanaman padi dan lainnya hanya berlangsung singkat, sekitar sehari atau dua hari.
Dia yakin bencana ini tidak sampai membuat tanaman padi puso. Hanya saja, dipastikan terjadi penurunan kuantitas dan kualitas produksi padi di wilayah terdampak.
“Kalau puso tidak. Tapi ada penurunan kualitas karena tanaman roboh dan terendam sehari,” ucap dia. [jat]