WahanaNews-Tani | Tanda musim kemarau kering sudah diwanti-wanti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak lama.
Tinggi muka air (TMA) Bendung Katulampa, Bogor Timur, Bogor, Jawa Barat, makin menyusut menyusul hujan yang kian jarang.
Baca Juga:
Distan Banten Siapkan 1.012 Pompa Air Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Koordinator Pengelola Bendung Pintu Air Katulampa Bogor Andi Sudirman memastikan, untuk sektor pertanian tetap menjadi prioritas utama untuk mendapatkan air yang ada. Andi membenarkan bila kondisi air memang berkurang namun masih cukup untuk pertanian.
"Air yang ada di Bendungan Katulampa dibagi dua. Yaitu ke Kali Baru untuk kebutuhan pertanian, Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor. Satunya dialirkan ke Sungai Ciliwung yang melalui Kota Bogor," jelas Andi, Senin (31/7/2023).
Dia mengungkapkan, seperti yang diberitakan media, debit Bendungan Katulampa memang 0, karena tidak ada yang melimtas melalui mercu. Tetapi setiap hari air digelontorkan melalu saluran penguras sekitar 300 - 500 liter/detik .
Baca Juga:
Ancaman La Nina Tak Seburuk Dugaan, BMKG Ungkap Sisi Positif Tersembunyi
"Sedangkan ke kali baru sampai saat ini air digelontorkan sekitar 2.500 - 3000 liter per detik, untuk pertanian dan Istana Bogor," ungkapnya.
"Jadi karena volume air saat ini berkurang, maka air diutamakan untuk mengairi pertanian sekitar 330 ha," sambungnya.
Sementara, Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi musim kemarau ekstrem atau El Nino dengan memanfaatkan infrastruktur air demi menjaga ketahanan pangan.