Selain itu, di bawah kepemimpinan Iriawan, PSSI menaikkan gaji wasit di Indonesia. Upah yang didapat sang pengadil lapangan dalam sekali bertugas memimpin kompetisi mencapai Rp 10 juta dan tertinggi di Asia Tenggara.
Tujuannya tentu agar kompetisi sepakbola Indonesia menjadi lebih baik lagi. Sebab, kompetisi yang baik adalah salah satu aspek terbentuknya Timnas Indonesia yang terbaik pula.
Baca Juga:
Rokornas Partai Gerindra, Titiek Suharto dan Iwan Bule Jadi Wakil Ketua Dewan Pembina
Seperti Kanada, tak ada hasil yang instan. Saat Timnas Indonesia memiliki semangat baru di bawah asuhan Shin Tae-yong dan kepemimpinan PSSI yang baru bersama Iriawan, masalah datang menerpa.
Adalah badai Covid-19 yang menghentikan hampir segala aktivitas, termasuk sepakbola. Kompetisi sepakbola Indonesia tak bergulir satu tahun lebih, dan kembali berdenyut Agustus 2021 lalu.
Perlahan tapi pasti, PSSI berani mengarahkan agar kompetisi bergulir di tengah pandemi dan memberikan dampak positif untuk Timnas Indonesia.
Baca Juga:
Di Kongres Biasa, Iwan Bule Umumkan Tak Maju Lagi Jadi Calon Ketua Umum PSSI
Pelatih Shin Tae-yong pun leluasa memilih pemain-pemain yang sesuai dengan kriteria permainannya. Per Agustus 2021, Timnas Indonesia masih berada di peringkat 175 dunia.
Pada Januari 2022, posisi Indonesia melesat 15 peringkat ke posisi 160. Hasil itu tak lepas dari kemenangan melawan Chinese Taipei di Play Off Kualifikasi Piala Asia, uji coba kontra Timor Leste dan menjadi finalis di Piala AFF 2020.
Iriawan terinspirasi dengan kesuksesan Kanada. Namun, dia menyadari ini bukanlah pekerjaan sekali jadi. Butuh pengorbanan dan kerja sama dari seluruh elemen di sepakbola Tanah Air.