WahanaNews-Persona | Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), Bill Burns, berikan tanggapannya mengenai sikap Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengenai perang di Ukraina.
Burns menyebut Putin percaya dirinya tidak akan kalah dan akan menggandakan konflik di Ukraina agar bisa menang.
Baca Juga:
Aksi Teror Maut di Moskow Tewaskan 40 Orang
"Presiden Rusia Vladimir Putin percaya bahwa dia tidak boleh kalah di Ukraina dan akan "menggandakan" perang di sana, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda berencana untuk menggunakan senjata nuklir taktis," demikian disampaikan Bill Burns pada Sabtu lalu dalam sebuah konferensi Financial Times, dilansir kantor berita AFP, Minggu (8/5).
Burns menyebut Putin masih yakin pada kemampuan militer Rusia di Ukraina. Keyakinan kuat ini terus dipertahankan meski Rusia mengalami kekalahan perang.
"Terlepas dari kegagalan pasukan Rusia untuk merebut Kiev dan perjuangan mereka untuk maju di sepanjang garis depan utama perang di wilayah Donbas tenggara, pemimpin Rusia itu tidak mengubah pandangannya bahwa pasukannya dapat mengalahkan Ukraina," lanjut Burns.
Baca Juga:
Unggul 87,32 Persen Suara, Vladimir Putin Jadi Pemimpin Terlama di Rusia Setelah Joseph Stalin
"Saya pikir dia dalam kerangka berpikir di mana dia tidak percaya dia bisa kalah," kata Burns.
Diketahui Putin telah melakukan invasi di Ukraina sejak Februari lalu. Dirinya tak terpengaruh dengan perlawanan yang dilakukan pasukan Ukraina.
"Putin tidak terhalang oleh perlawanan dalam perang karena dia mempertaruhkan begitu banyak pilihan yang dia buat untuk meluncurkan invasi ini," kata Burns.
"Saya pikir dia yakin sekarang bahwa menggandakan perang masih akan memungkinkan dia untuk membuat kemajuan," kata Burns.
Tak Ada Tanda Rusia Bakal Gunakan Senjata Nuklir Taktis
Mantan Duta Besar AS untuk Rusia itu memang sudah lama mempelajari gerak-gerik Putin.
Namun dia dan sejumlah badan intelijen Barat lainnya tidak melihat tanda-tanda bahwa Moskow siap untuk mengerahkan senjata nuklir taktis untuk meraih kemenangan di Ukraina atau untuk menargetkan para pendukung di negara tersebut.
Tak lama setelah meluncurkan invasi pada 24 Februari lalu, Rusia menempatkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi.
Sejak itu Putin telah membuat ancaman terselubung yang mengisyaratkan kesediaan untuk menyebarkan senjata nuklir taktis Rusia jika Barat secara langsung campur tangan dalam konflik Ukraina.
"Kami tidak melihat, sebagai komunitas intelijen, bukti praktis pada perencanaan Rusia untuk penyebaran atau bahkan potensi penggunaan senjata nuklir taktis," kata Burns.
Meski begitu, Burns tidak memberikan penilaian apa pun tentang situasi perang Ukraina Rusia saat ini atau memprediksi bagaimana perang akan berakhir.
China Pelajari Perang di Ukraina
Burns juga menyebut China, yang sekarang dilihat Washington sebagai musuh utamanya, sedang mempelajari perang di Ukraina untuk diaplikasikan menguasai Taiwan.
Burns menyebut dirinya tak yakin bahwa Presiden China Xi Jinping telah mengubah tujuannya untuk menyatukan Taiwan dengan China, bahkan dengan kekerasan jika diperlukan.
"Pengalaman Rusia di Ukraina mungkin memengaruhi perhitungan Beijing tentang 'bagaimana dan kapan' mereka mencoba menguasai Taiwan, yang dianggap China sebagai provinsi pemberontak," imbuhnya. [as]