Oto.WahanaNews.co | Masalah keterbatasan pasokan cip semikonduktor, merupakan kendala yang dihadapi industri otomotif nasional saat ini.
Tak hanya itu, kini pabrikan otomotif juga harus berhadapan dengan meningkatnya inflasi, yang disebabkan berbagai hal.
Baca Juga:
Misi Toyota: Kendaraan Listrik Hemat Biaya Menuju Pasar Jepang
Sebagai informasi, kenaikan harga bahan baku dan inflasi bisa langsung berdampak pada harga jual kendaraan. Termasuk harga mobil yang diprediksi bakal naik.
Menjawab isu ini, Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), tak menampik bahwa akan ada kenaikan harga mobil, Juli mendatang.
“Kalau kita bicara harga, memang harus diakui dengan adanya inflasi kenaikan (seperti bahan pokok, logistik, terutama material besi dan lain-lain memang sangat meningkat. Jadi, saya rasa bukan hanya Toyota, tapi merek-merek lain di seluruh dunia juga akan mengalami hal yang sama,” ucap Anton, saat di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (29/6/2022).
Baca Juga:
Toyota dan Daihatsu Kolaborasi Bikin Perusahaan Baru di Asia Pasific
Meski begitu, Anton mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan pihaknya untuk menaikkan harga kendaraan, seperti mengukur potensi atau kondisi dari pasar.
“Pertama kita lihat dulu kondisi pasar. Kalau memang kita terpaksa menaikkan harga, mungkin lebih banyak untuk kendaraan CBU (Completely Build Up), segmen premium atau medium high,” kata Anton.
Adapun untuk model segmen konsumen menengah ke bawah (low entry), Anton mengaku, tetap berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menaikan harga.