WahanaInfrastruktur.com | Sejak setahun lebih terakhir, kereta layang Automated People Mover System (APMS) atau Skytrain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang menelan biaya Rp 950 miliar itu 'dikandangkan' dan masih belum ada tanda-tanda akan kembali dioperasikan.
Hal ini dibenarkan oleh VP Corporate Communication PT Angkasa Pura II (Persero), Yado Yarismano.
Baca Juga:
AP II Prediksi Lonjakan Penumpang Mudik Lebaran 2024 di Bandara Soetta Terjadi 5 April
"Memang betul untuk saat ini skytrain masih belum beroperasi. Penonaktifan sementara memang salah satu inisiatif operasional yang dilakukan dalam rangka efisiensi operasional bandara Soekarno-Hatta," katanya, Selasa (16/11/2021).
AP II memilih menonaktifkan kereta layang pertama Indonesia tersebut karena situasi pandemi yang memukul bisnis perseroan. Masih rendahnya jumlah traffic di bandara Soetta menjadi salah satu pertimbangan kereta layang masih 'dikandangkan'.
"Saat ini juga terminal yg beroperasi masih dua terminal, yaitu terminal dua dan terminal tiga. Dan untuk transportasi antar terminal ini kami sediakan shuttle bus untuk sarana transportasi antar terminal," jelasnya.
Baca Juga:
Produk UMKM Binaan PLN Dijual di Vending Machine Bandara Soetta berkat Kolaborasi Antar BUMN
Melansir detikcom, penonaktifan skytrain Bandara Soekarno-Hatta telah berlangsung sejak awal pandemi. Artinya sudah nyaris dua tahun kereta yang didatangkan dari Korea Selatan tersebut tak lagi beroperasi. Saat itu pihak Angkasa Pura II bilang ini dilakukan sebagai bentuk efisiensi mengingat penumpang turun akibat pandemi Covid-19.
Pasalnya skytrain membutuhkan biaya operasi yang tinggi. Terlebih saat ini terminal yang beroperasi di Bandara Soetta hanya terminal 2 dan 3.
Sebagai informasi, skytrain bandara Soetta mulai beroperasi sejak September 2017. Proyek ini menghabiskan biaya Rp 950 miliar yang seluruhnya bersumber dari kas PT Angkasa Pura II.