Lewat tema Kena Jazz e, Tetep Bening Banyune, event itu menegaskan ciri khas Ngayogjazz yang selalu diadakan di pedesaan tidak hilang.
"Ciri khas event yang masih dijaga itu yang memberikan dampak positif," kata Danang.
Baca Juga:
Pemkot Jakbar: Pagelaran Gebyar Seni Betawi di Sekolah Beri Siswa Pemahaman Kearifan Lokal
Tema Ngayogjazz tahun ini yang mengambil dari pepatah Jawa itu, menurut Danang, juga menjadi edukasi kepada masyarakat. Maksudnya, di mana sepanjang mengembangkan aktivitas ekonomi jangan sampai merusak lingkungan, terutama alam dan ekosistem pedesaan.
"Ngayogjazz dapat menciptakan inovasi dan kreasi baru namun tetap mempertahankan roh nya yakni sebagai wadah berkreasi musisi jazz dan pemberdayaan masyarakat desa," kata Danang.
Tahun ini, Ngayogjazz menghadirkan beberapa penampil, seperti Barry Likumahuwa Jazz Connection, NonaRia x Dua Empat, Monita Tahalea, Irsa Destiwi Quintet, Kua Etnika ft. Bonita, dan SanDrums x Sri Hanuraga ft. Rodrigo Parejo dari Spanyol.
Baca Juga:
SMPN 229 Jakarta Gelar Karya P5 Selebrasi Kearifan Lokal
Selain itu, ada NJJO & Maarten Hogenhuis dari Belanda, Gaga Gundul (Pemaï - Perancis & Gayam 16 - Indonesia), MLDJAZZPROJECT, Sax Party, ISI Yogyakarta Big Band, Yohanes Gondo Trio, Huaton Dixie, Acapella Mataraman dan Taksu. Tidak ketinggalan juga komunitas-komunitas jazz se-Indonesia.
Selain penampilan musik, ada kesenian tradisional dan Pasar Jazz yang merupakan bentuk keterlibatan dan partisipasi warga masyarakat setempat sebagai tuan rumah penyelenggaraan Ngayogjazz.
Pasar Jazz menjadi salah satu bentuk dukungan untuk memajukan UMKM desa di mana akan ada banyak stan yang menampilkan beragam produk kerajinan dan kuliner potensi Desa Cibuk Kidul. Selain itu, berbagai komunitas seni, fotografi, otomotif, edukasi hingga perupa pun turut diberikan ruang untuk memeriahkan perhelatan tahunan ini.[zbr]