DesaWisata.WahanaNews.co | Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta melakukan rebranding atau memperbarui brand salah satu ikon wisata andalannya, Kampung Purbayan Kotagede, Jumat petang (5/8/2022).
Branding tersebut dalam bentuk peluncurkan logo baru serta strategi pemasaran baru kampung wisata itu yang tahun ini masuk 100 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) usai bersaing dengan 3.419 desa/kampung wisata lain Indonesia.
Baca Juga:
9 Gagasan Pemuda untuk Majukan Sumatera Utara: Buku "Pemuda Bersama Bobby Nasution"
"Rebranding logo ini merangkum berbagai macam budaya yang ada di Purbayan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko. Rebranding Purbayan ini, ujar Wahyu, untuk memperkuat identitas kampung wisata yang di abad 15 silam, merupakan lokasi Alas Mentaok, pusat berdirinya Kerajaan Mataram Islam Kotagede.
Kampung wisata Purbayan Kotagede selama ini dikenal sebagai pusat kebudayaan Mataram Islam. Hal ini dibuktikan dengan kekayaan budaya, kerajinan, dan kuliner yang ada di Purbayan.
"Mulai dari Alun-alun Kotagede, kerajinan Perak, dan roti kembang waru. Selain itu, kampung wisata Purbayan juga dikenal sebagai pusat produksi Iqro 6 jilid," kata Wahyu.
Baca Juga:
Kota Kediri Terpilih Jadi Proyek Percontohan Festival Olahraga Masyarakat Desa Wisata 2024
"Jadi penguatan kesejarahan dalam logo dan strategi pemasaran baru ini, untuk mendongkrak keunikan dan ciri khas Purbayan agar bisa lebih berkompetisi dalam pasar wisata lebih luas," Wahyu menambahkan.
Dinas Pariwisata Kota Yogya mencatata Kampung Purbayan secara kewilayahan berada di Kelurahan Purbayan Kecamatan Kotagede dan berada di Kawasan Cagar Budaya Kotagede yang sebagian wilayahnya menjadi bagian wilayah Kabupaten Bantul.
Nama Purbayan konon berasal dari nama seorang pangeran yang bernama Pangeran Purboyo, putra pendiri Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati. Kampung wisata Purbayan banyak memiliki situs klaster yang tersebar di kawasan Kotagede antara lain nDalem Kedaton (bekas kraton atau istana raja Mataram mulai Panembahan Senopati, Sultan Hanyokrowati, dan Sultan Agung). Lalu Alun-Alun yang dahulu adalah Kraton Mataram dan sekarang menjadi kampung alun-alun.
Selain itu ada Cokroyudan, yang dulunya tempat bermukim pangeran dari Kraton Mataram yang bernama Pangeran Cokroyuda. Di Kampung Purbayan ada pula situs Mbumen yang dulunya bernama Mangkubumen tempat bermukimnya Pangeran Mangkubumen. Juga situs Kemasan yang dulunya tempat bermukim para pandai emas serta Mboharen yang dulunya tempat bermukim ulama yang bernama Kyai Bhukhori.
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta pun mencatat Purbayan tumbuh dan memiliki sejumlah paket wisata sejarah yang diminati wisatawan mancanagara. Seperti menyusuri lorong lorong pemukiman penduduk serta mengunjungi berbagai situs peninggalan Kerajaan Mataram kuno. Seperti situs Bokong Semar, Batu Gilang dan Batu Gatheng atau Cantheng, jebolan tembok Raden Ronggo, Komplek Makam Raja Panembahan Senopati yang di dalamnya juga terdapat Sendang Selirang.
Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sumadi mengatakan rebranding Kampung Purbayan dapat makin mengangkat berbagai potensi ciri khas daya tarik wisata kampung itu khususnya setelah kampung-kampung wisata Yogya meredup akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan dua tahun lebih ini.
"Saat ini terdapat 18 kampung wisata yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Kota Yogyakarta, ini perlu dikemas dan dibangkitkan lagi," kata Sumadi yang berharap branding kampung wisata itu segera meningkatkan kunjungan wisatawan.
PRIBADI WICAKSONO
Sumber : Tempo