Krtnews.id | PT Inka (Persero) siap menambah jumlah armada bus listrik atau E-Inobus untuk kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Inka bersama PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko (Persero) atau TWC dan Perum Damri telah melaksanakan uji coba operasi satu unit bus listrik untuk mengetahui minat masyarakat menggunakan bus listrik di Borobudur.
Baca Juga:
Korupsi Dana Talangan PT INKA, Kejati Jatim Tetapkan Eks Dirut Tersangka
"Bila minat masyarakat cukup besar, harapannya akan ditambah, baik jumlah maupun waktu operasi, sesuai kebutuhan untuk melayani masyarakat," kata Senior Manager TJSL & Stakeholder Relationship Inka Bambang Ramadhiarto di Jakarta, Senin (6/6).
Bambang menyampaikan, pengembangan bus listrik selaras dengan komitmen perusahaan dalam menyukseskan Program Daerah Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dengan memanfaatkan kendaraan energi terbarukan, yakni kendaraan listrik.
"Tujuan INKA dalam pengembangan bus listrik untuk menyongsong green environment dengan pengurangan emisi karbon dalam pengurangan emisi karbon di Indonesia dan seluruh dunia dan untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ujar Bambang.
Baca Juga:
Bank Muamalat Pimpin Pembiayaan Sindikasi Senilai Rp2,5 Triliun kepada PT INKA
Bambang menyampaikan, Candi Borobudur menjadi percontohan pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan operasional E-Inobus Inka.
Hal ini merupakan keputusan bersama dalam rapat koordinasi antara INKA, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat), Perum Damri, TWC, dan Badan Otorita Borobudur pada Februari 2022.
Bambang mengatakan, uji operasi E-Inobus di Candi Borobudur menunjukkan komitmen Inka mendukung pemerintah melakukan peralihan kendaraan dari moda transportasi berbahan bakar fosil ke kendaraan bertenaga listrik atau baterai.
Selain di Candi Borobudur, Bambang menambahkan, INKA sedang memproduksi 30 bus listrik untuk digunakan di G-20.
Bambang menambahkan, pengembangan bus listrik juga masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti belum terbentuknya ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri, belum adanya dukungan yang bersifat khusus untuk kendaraan umum listrik dari perbankan dan lembaga keuangan.
Selain itu, PO atau operator bus pun belum cukup mampu untuk membeli bus listrik yabg harganya lebih mahal dari bus konvensional.
"Inka mencoba menjual bus listrik dengan skema rupiah per kilometer sehingga harapannya dapat menjadikan solusi bagi mereka," kata Bambang menambahkan.
Bus listrik buatan Inka dipamerkan di kawasan wisata Candi Borobudur dalam kegiatan pameran Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) dan peresmian SPKLU oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (4/6).
Luhut meminta INKA menambah armadanya untuk menunjukkan keseriusan pemerintah dalam penggunaan kendaraan listrik.
"Jadi, karena kita mau serius untuk memakai electric vehicle, mobil listrik, dan bus listrik," kata Luhut.
Adapun keunggulan E-Inobus, untuk baterainya membutuhkan waktu 3-4 jam untuk pengisian daya sampai penuh. Dengan pengisian daya sekali cas, E-Inobus bisa melaju hingga jarak tempuh 200 kilometer.
Sementara, tingkat kebisingan pada bus listrik tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan bus diesel. E-Inobus rata-rata 71dB dan bus diesel 85db.
Untuk kecepatan, E-Inobus sanggup melesat maksimal 90 km/jam dan memiliki maksimal gradeability atau kemampuan mendaki tanjakan 14 persen.
Nilai jual lainnya dari bus listrik itu adalah faktor efisiensi segi perawatan dan konsumsi bahan bakar. Bus listrik lebih efisien 58 persen dibanding bus diesel.
Hal itu didasarkan dari catatan pengujian yang sudah dilakukan E-Inobus dari lintas dalam kota dan luar kota (tol) dengan total jarak sejauh 122 kilometer.
Kerja sama Inka dan TCW terkait pengembangan moda transportasi listrik di kawasan wisata budaya dan cagar budaya telah dilakukan sejak beberapa bulan lalu.
Direktur Utama Inka Budi Noviantoro mengatakan, tahap awal moda transportasi listrik yang akan dikembangkan dalam kerja sama tersebut berupa tram mover dan shuttle bus. Kedua moda tersebut akan digunakan di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Selain itu, pengembangan tersebut juga dalam rangka mendukung gelaran KTT G20 2022 di Indonesia.
"Kendaraan tram mover merupakan sesuatu yang baru dari sisi teknologi. Model ini saya kira akan menarik dan ikonik nanti di TMII sehingga bisa menarik wisatawan. Diharapkan nanti pas ada delegasi G-20 bisa menikmati indahnya TMII menggunakan tram mover," ujar Budi, beberapa waktu lalu.
Direktur PT TWC Edy Setijono menambahkan, ke depan kolaborasi Inka dan TWC tidak hanya dikembangkan di dalam lokasi satu wisata saja, tetapi juga antardestinasi wisata.
"Kolaborasi ini ke depan diharapkan tidak hanya tram mover untuk Taman Mini, tapi juga untuk pengembangan moda-moda transportasi listrik di kawasan wisata maupun antardestinasi wisata. Hal ini karena nantinya kita akan menggunakan moda-moda transportasi yang berbasis energi terbarukan," kata Edy. [jat]