Krtnews.id | PT Pupuk Indonesia (Persero) terus memastikan stok pupuk bersubsidi aman untuk para petani dalam menghadapi musim tanam.
Hingga saat ini stok pupuk subsidi melebihi batas minimum yang ditetapkan pemerintah.
Baca Juga:
HUT Pupuk Indonesia ke-12, Tanam 8.000 Bibit Pohon di 7 Lokasi
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman menjelaskan, stok Urea mencapai 179 persen dan stok NPK mencapai 150 persen.
Bakir juga mengungkapkan bahwa stok pupuk yang didistribusikan Pupuk Indonesia pun masih 100 persen di atas ketentuan minimum yang ditetapkan pemerintah.
Dia merinci seperti stok pupuk SP-36 yang stoknya mencapai 177 persen di atas ketentuan minimum, selanjutnya ZA stoknya mencapai 209 persen, dan organik stoknya 110 persen di atas ketentuan minimum.
Baca Juga:
UMKM Binaan Pupuk Indonesia Berpotensi Merambah Pasar Global
"Kami masih memiliki stok SP-36 itu sekitar 19.500 ton, ZA sekitar 24.700 ton, dan masih ada pupuk organik 35.000 ton. Itu pun masih di atas stok minimum," kata Bakir, Rabu (23/3/2022).
Selain itu, dikatakan Bakir, Pupuk Indonesia juga sudah memiliki beberapa upaya dalam menjaga harga pupuk nonsubsidi.
Upaya tersebut diperlukan mengingat banyaknya ketidakpastian global yang berdampak pada bahan baku pupuk.
Adapun salah satu upaya yang akan dilakukan demi menjaga stabilitas harga pupuk nonsubsidi melalui pembangunan 1.000 kios komersil.
"Bagaimana kami bisa mengontrol harga komersil, sesuai dengan rekomendasi dari Komisi IV kami saat ini sedang membuat kios, 1000 kios komersil, biarkanlah kami menyelesaikan hal ini sehingga nanti masalah harga komersil bisa kita kontrol," tutup Bakir.
Komitmen Mentan
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa upaya agar petani tetap bisa menjangkau pupuk nonsubsidi di tengah banyaknya ketidakpastian melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Jadi yang ditetapkan bukan subsidi tapi KUR subsidi, KUR-nya yang disubsidi untuk penggunaan itu (pupuk)," kata SYL.
Lebih lanjut Mentan mengungkapkan bahwa beberapa harga bahan baku pupuk sudah mengalami peningkatan, hal ini seiring dengan invasi Rusia dan Ukraina yang merupakan sumber utama bahan baku pupuk di dunia.
Oleh karena itu, KUR untuk pemanfaatan pupuk nonsubsidi ini menjadi salah satu upaya menjaga harga di tengah ketidakpastian dunia.
"Harga pupuk naik karena fosfat di luar negeri naik 3 kali lipat, belum pengiriman, transportasi jadi masalah. Kemudian kita akan panen raya April-Mei, kalau panen biasanya harga turun, pupuk naik, ini menjadi pekerjaan saya, mohon kita sama-sama bersama Komisi IV, saya pertaruhkan segala kemampuan yang ada di Kementan cuma kami minta tolong di backup bersama-sama menghadapi semua tantangan yang ada," kata Syahrul. [jat]