Dia mengakui, sebelum era Covid-19, biaya listrik Garuda termasuk salah satu yang termahal di dunia.
Karenanya, proses penghematan semacam ini tentunya akan dijadikan dasar, supaya ke depannya keuangan Garuda lebih sehat dan lebih bisa menghasilkan profitabilitas.
Baca Juga:
Kasus Korupsi Pesawat Garuda, Eks Dirut PT Mugi Rekso Abadi Dituntut 6 Tahun Penjara
"Jadi saya rasa ini effort yang luar biasa, di mana hampir delapan bulan pihak manajemen bernegosiasi dengan para Lessor sehingga bisa mencapai hasil yang baik untuk penggunaan listrik ke depannya," kata Kartika.
Sementara untuk utang di masa lalu, Garuda diakuinya telah mendapatkan pengurangan utang sebesar 81 persen. Sehingga utang itu secara net percent value turun sebesar 81 persen.
"Walaupun kalau kita gunakan nominal value turunnya hingga 50 persen. Jadi ini adalah dua hal yang terpisah. Karena sebagaimana kita sampaikan tadi, sebagai contoh, utang dengan bank Himbara itu kita panjangkan (tenornya), namun persentasenya lebih rendah," ujarnya. [jat]