Tambangnews.id | Nasib satwa khas Australia, Koala kini di ujung tanduk. Keberadaan mereka di alam terancam oleh ekspansi tambang di Queensland.
Bagaimana kisahnya?
Sejumlah pengacara satwa liar memprotes keras rencana ekspansi tambang bernama Karreman Quarries di kawasan pesisir pantai Redlands, di negara bagian Queensland, Australia.
Baca Juga:
Hakim Tipikor Putus Kasus Timah Terbukti Rugikan Negara Rp300 Triliun
Rencana ekspansi tambang di wilayah itu dikhawatirkan akan berdampak negatif bagi populasi Koala di sana yang sudah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Pihak pemerintah lokal maupun negara bagian sudah menyetujui rencana tersebut. Namun para ahli konservasi menolak rencana perluasan tambang yang semula 88 hektar kini ditambah lagi sekitar 50 hektar.
Deborah Pointing, aktivis dari Koala Action Group mengatakan aktivitas pembukaan lahan di wilayah itu akan merusak habitat koala liar dan membahayakan spesies lain yang terancam punah di sana.
Baca Juga:
Sebagian Komoditas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar Turun Harga pada Desember 2024
"Itu sebenarnya berada di wilayah yang diakui oleh pemerintah sebagai koridor biodiversitas regional," kata Deborah, Jumat (7/1/2022).
"Area itu adalah zona inti habitat Koala dan tidak dapat dibantah lagi jadi rumah bagi satwa liar lainnya. Kekhawatiran terbesar kami adalah soal makin jauhnya fragmentasi dari koridor habitat satwa liar ini," Deborah menambahkan.
Populasi Koala liar di wilayah itu, kata Deborah sudah menurun lebih dari 80%. Menebang 400 pohon lagi, maka penurunan populasi Koala akan jadi makin parah.
Sebuah petisi online pun diluncurkan untuk menentang rencana ekspansi tambang itu. Saat ini sudah ada 21.000 orang yang menyatakan menentang rencana itu.
"Tambang itu sudah beroperasi lebih dari 50 tahun. Sudah saatnya pemerintah menggambar garis tegas di atas pasir dan mengatakan cukup, sudah cukup," kata Deborah.
Pihak Karreman Quairies sendiri menjamin setiap satu pohon yang ditebang akan digantikan dengan satu pohon baru. Namun pihak aktivis mengaku tidak percaya dengan bualan itu. [jat]