Tambangnews.id | Produsen batu bara Indonesia sejatinya belum akan menaikan produksi besar-besaran di tengah harga batu bara dunia yang kini sedang mengalami kenaikan yang signifikan.
Produksi batu bara dari para produsen masih terganjal cuaca khususnya La Nina dalam beberapa bulan ini.
Baca Juga:
Pisah Sambut Kajari Samosir: Estafet Kepemimpinan di Bumi Ulos
Seperti yang diketahui, harga pasar batu bara dunia tengah mengalami lonjakan yang signifikan, Harga batu bara dalam hal ini ICE Newcastle (Australia) naik sampai pada level US$ 358,45 per ton pada Kamis (3/3/2022) bahkan sempat menyentuh US$ 446 per ton pada Rabu (2/3/2022).
Kenaikan harga itu jelas akan menimbulkan berkah bagi produsen batu bara di Indonesia khususnya para eksportir batu bara.
Namun sayangnya, kenaikan harga batu bara yang terbang tinggi itu belum bisa dinikmati oleh produsen-produsen raksasa Indonesia untuk menggenjot produksi batu bara dalam negeri.
Baca Juga:
Pesawat Antariksa China dalam Perjalanan Pulang ke Bumi, Bawa Sampel Sisi Jauh Bulan
Hal itu karena, untuk saat ini produksi batu bara masih terganjal cuaca yakni curah hujan yang cukup mengganggu produksi.
Salah satunya adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui anak usahanya yakni PT Kalim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia.
Direktur BUMI Dileep Srivastava menyampaikan bahwa, saat ini pihaknya tengah berusaha untuk memaksimalkan produksi di tengah hujat deras akibat fenomena La Nina.
"Hujan La Nina ini telah mempengaruhi produksi kami selama tiga bulan terakhir," ungkap Dileep, Jumat (4/3/2022).
Yang terang sampai saat ini, BUMI menargetkan peningkatan produksi saat pada tahun 2022 ini yang mencapai 85 juta ton - 90 juta ton, hal itu naik dibandingkan produksi pada tahun 2021 yang mencapai 78 juta ton - 80 juta ton.
Selain BUMI, produsen batu bara raksasa RI yakni PT Adaro Energy Tbk (SDRO) juga tidak lantas mengerek produksi batu baranya di tengah harga yang sedang melejit ini.
Head of Corporate Communication Adaro, Febriati Nadira menyampaikan bahwa, harga batu bara memang tidak dapat prediksi.
"Karena itu Adaro akan terus memaksimalkan upaya untuk fokus terhadap keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid," ungkap Febriati Nadira, Jumat (4/3/2022).
Untuk tahun ini, Adaro menargetkan produksi batubara sebesar 58 juta ton - 60 juta ton.
Febriati mengatakan, bahwa Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan. [jat]