Rudal itu memiliki panduan radar aktif dan meluncur ke permukaan hingga mencapai target, di mana ia dapat melakukan manuver "pop-up" dan menyerang dari atas.
Harpoon biasanya diluncurkan dari kapal permukaan atau pesawat tempur, tetapi peluncur dapat dilepas dari kapal untuk digunakan di darat, yang tampaknya menjadi tujuan Denmark.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Pekan lalu, Reuters melaporkan Pentagon sedang mempertimbangkan untuk mengirim Ukraina Harpoon atau Naval Strike Missiles (NSM), secara langsung atau melalui "sekutu Eropa."
Reuters mengutip "tiga pejabat AS dan dua sumber kongres," semuanya anonim. Mereka menyatakan harapan begitu negara pertama berkomitmen mengirim Harpoon, negara lain akan mengikuti.
Menurut Reuters, NSM dianggap "tidak terlalu sulit secara logistik" karena negara-negara NATO dapat mengirim peluncur ke Ukraina dan hanya butuh 14 hari untuk melatih operator cara menggunakannya.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Meski demikian, NSM jaraknya agak lebih pendek yakni 250 kilometer. Kabar tersebut menimbulkan beberapa kontroversi, bagaimanapun, ketika penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko mengunggah tweet bahwa AS sedang "mempersiapkan rencana untuk menghancurkan Armada Laut Hitam", mengacu pada angkatan laut Rusia saat ini di lepas pantai Ukraina.
Ditanya tentang hal ini, Juru Bicara Pentagon John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa dia dapat “memberi tahu Anda secara pasti bahwa itu tidak benar.”
Namun, dia tidak menyangkal AS sedang mempertimbangkan untuk mengirim Harpoon ke Ukraina.