WahanaNews-Martabat | Usai Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia (Pildun) U-20 buntut perbedaan sikap gubernur dan presiden soal timnas Israel, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyesalkan.
"Pemerintah pusat tidak sama dengan pemerintah daerahnya. Menteri tidak sama dengan jajaran di bawahnya. Ini negara macam apa kalau begini," ucap AHY di Bandung, Kamis (30/3/2023) mengutip CNNIndonesia.
Baca Juga:
Jelang Olimpiade Paris 2024, Erick Thohir Silaturahmi dengan Presiden FIFA
Ia heran sikap presiden berbeda dengan gubernurnya. Begitu pula sikap pemerintah pusat yang berbeda dengan pemerintah di daerah.
Dalam hal ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali Wayan Koster menolak kedatangan timnas Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20. Di sisi lain, Presiden Jokowi meminta olahraga dipisahkan dari urusan politik.
Padahal, kata AHY, Indonesia sudah mengajukan diri menjadi tuan rumah sejak 2019. Lalu mempersiapkan segala urusan mulai 2021, mulai dari kesiapan stadion hingga fasilitas lainnya.
Baca Juga:
Pembangunan Asrama Pusat Latihan Timnas Indonesia di Penajam Paser Utara Hampir Rampung
Namun, muncul penolakan dari sejumlah kepala daerah ketika Piala Dunia U-20 sudah semakin dekat yang berbuntut pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah oleh FIFA.
Menurut dia, keputusan FIFA telah membuat malu Indonesia di mata dunia internasional.
"Saat ini kita malu di dunia internasional. Karena ketidakmampuan kita untuk menyelesaikan situasi internal dalam negeri sendiri," kata dia.
AHY menyebut keputusan FIFA telah mempertaruhkan nama baik Indonesia di mata dunia. Ia tak bisa membayangkan perbincangan dunia soal Indonesia yang gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
"Kerugian kita adalah secara internasional. Di dunia, kita buruk namanya," katanya.
AHY juga menganggap kritik sejumlah pihak terutama dari politikus dan tokoh terhadap kehadiran Israel sarat motif politik. Ia tak percaya kritik mereka murni untuk kebaikan negara.
"Saya enggak yakin statement yang dilontarkan oleh tokoh a b, figur a b, itu benar-benar untuk Indonesia kita. Bukan. Tapi lebih sifatnya politis," katanya. [tum/cnnindonesia]