WahanaNews-Martabat | Rumah Pembauran Kebangsaan bisa menjadi titik temu dari berbagai perbedaan yang ada sekaligus ruang bertukar pikiran dan saling mempelajari perbedaan untuk sebuah persatuan.
Hal itu dikatakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, usai peresmian Rumah Pembauran Kebangsaan Jawa Tengah, di Wisma Perdamaian, Semarang, Selasa (16/5/2023) melansir Antara.
Baca Juga:
Prabowo Subianto: Kerja Sama dalam Pemerintahan Pasca Pilpres 2024
“Ini para pionir, para pelopor tokoh-tokoh dari banyak suku yang ada di Jawa Tengah. Ada Nias, ada Jawa, ada Maluku, ada NTT, tadi berkumpul dari Papua juga berkumpul. Mereka sepakat, bahwa perlu kiranya ada rumah pembauran ini agar ada meeting point untuk mereka bisa bertemu,” kata Ganjar.
Dirinya berharap Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Jateng yang menjadi inisiator Rumah Pembauran Kebangsaan meningkatkan toleransi yang ada di Jateng yang sudah terbangun dengan baik selama ini.
Forum Pembauran Kebangsaan Jateng terdiri atas berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia di antaranya suku Jawa, Sunda, Dayak, Minang hingga Papua.
Baca Juga:
Ganjar Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Itu Kritikus
Berdasarkan rilis Setara Institute pada awal April 2023, 10 kota paling toleran di Indonesia, empat di antaranya berada di Jawa Tengah.
Keempat kota tersebut yakni Kota Salatiga, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Magelang.
Selain itu, Provinsi Jawa Tengah belum lama ini juga menerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai daerah yang berkomitmen menerapkan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang mengarah pada Terorisme (RAN PE).
Predikat itu diperoleh karena Jateng berkomitmen mencegah paham ekstrem dan radikal melalui regulasi, bidang pendidikan, serta pemberdayaan ekonomi.
BNPT juga mencatat indeks intoleransi di Jateng yang cukup rendah dengan 6,8 persen dan masih di bawah indeks Nasional yang sebesar 12,6 persen.
“Apalagi sekarang sudah masuk tahun politik. Janganlah nanti kita membawa isu-isu SARA, maka kemudian rumah ini menjadi penting buat kita untuk mendinginkan situasi karena kita bersaudara, kita bangsa Indonesia, kita berbahasa Indonesia, kita bertanah air Indonesia dan kita bernegara Indonesia,” ujar Gabjar yang mengenakan baju adat Nias.
Ketua FPK Jateng Muhammad Adnan menambahkan, kegiatan ini merupakan peresmian sekaligus halalbihalal.
“Bisa dikatakan, Jateng satu-satunya provinsi di Indonesia yang punya Rumah Pembauran,” katanya.
[Redaktur: Alpredo]