“Tidak hanya pada peralatan jenis RTG dan QCC, optimalisasi aset juga terhadap beberapa peralatan lainnya, dengan dukungan peralatan yang baik diharapkan mampu meningkatkan kinerja bongkar muat peti kemas yang berdampak pada berkurangnya waktu sandar kapal di terminal atau port stay, sehingga kapal dapat segera berlayar kembali yang akan berdampak pada berkurangnya biaya,” lanjut Widyaswendra.
Sementara itu, sejumlah upaya perbaikan terminal peti kemas oleh PT Pelindo Terminal Petikemas sudah mulai dirasakan oleh para pengguna jasa.
Baca Juga:
Tragis! 15 Orang Tewas dalam Kecelakaan Kereta Api di Bangladesh
Kepala PT Tanto Intim Line Cabang Ambon Vence Pattiwael mengungkapkan peningkatan kinerja operasional di TPK Ambon mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Pihaknya mengaku saat ini waktu bongkar muat satu kapal dengan muatan 600 peti kemas dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih 36 jam.
"Kami pernah mengalami untuk bongkar muat 200 peti kemas sampai memakan waktu lebih dari 3 hari, dengan sistem yang ada sekarang tentu lebih cepat dan yang terpenting untuk layanan administrasi sudah dapat diakses dengan telepon, tidak perlu antre," urainya.
Hal senada disampaikan Kepala PT Meratus Line Cabang Makassar Steven Kristanto yang menyebut layanan pengaduan pelanggan di TPK Makassar saat ini lebih baik dari sebelumnya.
Baca Juga:
Pengamat: Keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung Sudah Tepat
Menurutnya TPK Makassar lebih tanggap dalam menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan oleh para shipping line. Hal itu juga berdampak pada kepercayaan pelanggan terhadap layanan pengiriman barang yang dilakukan oleh Meratus Line.
"Kegiatan bongkar muat di TPK Makassar saat ini juga semakin cepat, rata-rata bisa mencapai 50 box peti kemas per jam," ungkapnya. [JP]