Forjasida.id | Sektor properti China menghadapi kondisi buruk. Aktivitas real estate melemah, terjadi sentimen negatif yang menyebabkan pertumbuhan properti China melambat.
Kondisi ini sangat memukul ekonomi China. Sebab, properti dan sektor industri lainnya berkontribusi atas sepertiga Produk Domestik Bruto China (PDB) China.
Baca Juga:
Revolusi Real Estate: Agen AI Sukses Jual Properti Rp1,63 Triliun!
Banyak pembangunan gedung apartemen mangkrak. Akibatnya para konsumen menolak membayar hipotek atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk bangunan yang belum selesai.
Bahkan banyak yang meragukan kalau bangunan yang mangkrak bakal diselesaikan. Permintaan untuk rumah baru turun sehingga jumlah bahan konstruksi yang diimpor berkurang.
"Ketika kepercayaan di pasar perumahan melemah, itu membuat orang merasa tidak yakin tentang situasi ekonomi secara keseluruhan," kata Louis Kuijs, chief Asia economist S&P; Global Ratings seperti dilansir detikcom, Rabu (5/10/2022).
Baca Juga:
Tanggapan Warga Central Batu Aji Atas Konpers yang di Gelar oleh Central Group di Sukajadi
Terlepas dari upaya Pemerintah China untuk menopang pasar real estat, harga rumah di puluhan kota telah menurun lebih dari 20% tahun ini. Dengan pengembang properti di bawah tekanan, analis mengatakan pihak berwenang mungkin harus berbuat lebih banyak untuk memulihkan kepercayaan di pasar real estat.
Pasar properti cukup sensitif terhadap kasus apartemen mangkrak. 90% rumah baru di China dibeli saat masih dalam masa pembangunan.
"90 persen rumah baru yang dibeli di China dibeli di luar rencana saat masih dalam pembangunan," kata Yan Yuejin, direktur riset di Shanghai E-House.