Berkatnews.id | Kerusuhan di Kazakhstan teranyata cukup berdampak pada harga minyak dunia.
Pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB), harga minyak dunia anjlok.
Baca Juga:
Setiap Hari 10.000 Warga Rusia Kabur ke Georgia Gara-gara Putin
Alasannya, pasar mempertimbangkan kekhawatiran pasokan dari kerusuhan di Kazakhstan.
Selain itu, penurunan harga minyak dipengaruhi sentimen penutupan produksi di Libya terhadap laporan pekerjaan AS yang meleset dari ekspektasi serta potensi dampaknya terhadap kebijakan Federal Reserve.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret merosot 24 sen atau 0,3 persen, menjadi di 81,75 dolar AS per barel.
Baca Juga:
Wamendag Bidik Kazakhstan untuk Kembangkan Potensi Perdagangan
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari jatuh 56 sen atau 0,7 persen, menjadi 78,90 dolar AS per barel.
Namun demikian, Brent melonjak 5,2 persen dan WTI terangkat 4,9 persen untuk minggu pertama tahun ini, dengan harga mencapai level tertinggi sejak akhir November.
"Data ketenagakerjaan menyuntikkan tanda tanya ke mana kita akan pergi dari sini, dan ketakutan Omicron telah merayap kembali ke pasar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management.
Sementara itu, di kota Kazakhstan, Almaty, pasukan keamanan tampaknya mengendalikan jalan-jalan dan presiden mengatakan tatanan konstitusional sebagian besar telah dipulihkan, sehari setelah Rusia mengirim pasukan untuk memadamkan pemberontakan.
Protes dimulai di wilayah barat yang kaya minyak di Kazakhstan setelah batas harga pada butana dan propana dihapus pada Hari Tahun Baru.
Produksi di ladang minyak utama Kazakhstan, Tengiz, berkurang pada Kamis (6/1/2022). Operator ladang tersebut Chevron Corp mengatakan, karena beberapa kontraktor mengganggu jalur kereta api untuk mendukung protes yang terjadi di seluruh negara Asia Tengah itu. [jat]