Berkatnews.id | Kementerian Perdagangan (Kemendag) mempediksikan lonjakan harga kedelai di pasar internasional masih bakal terus berdampak terhadap harga tahu tempe. Utamanya dari Australia selaku eksportir kedelai terbesar ke Indonesia.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengatakan, menurut analisa pihaknya sebelum terjadi perang Ukraina dan Rusia, harga kedelai diperkirakan terjadi penurunan mulai Juni 2022.
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
"Mudah-mudahan tidak terpengaruh perang ini. Tapi kita pastikan sampai puasa dan lebaran itu masih terlihat indeksnya akan terjadi kenaikan," kata Oke dalam sesi diskusi virtual, Sabtu (5/3/2022).
Oleh karenanya, pemerintah telah melobi eksportir kedelai dari Australia agar stok dalam negeri terjamin ketersediaannya. Di sisi lain, masyarakat pun turut dilakukan edukasi dan sosialisasi soal penyesuaian harga tahu tempe.
"Bahwa akan terjadi penyesuaian harga pada harga kedelai Rp 11.300 di tingkat pengrajin. Kemungkinan bisa sampai ke Rp 12.000 per kg di tingkat pengrajin," imbuhnya.
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
Sedikit bercerita, Oke menyampaikan, harga kedelai sempat berada di posisi Rp 7.000 per kg awal 2021 lalu. Namun kini, standar harga pemerintah yang diharapkan di tingkat petani berada di posisi Rp 9.000-10.000 per kg. Realitanya, harga kedelai di tingkat pengrajin sudah menyentuh Rp 11.300 per kg.
"Artinya, tempenya itu kurang lebih harganya Rp 10.300 per kg. Tahu kurang lebih Rp 650 per potongnya, dilepas oleh pengrajin. Kalau nanti itu sudah menyentuh Rp 11.300, diperkirakan itu akan terjadi penyesuaian," bebet dia.
"Untuk tempenya akan terjadi kenaikan Rp 300 per kg, tahunya akan terjadi kenaikan Rp 50 dari Rp 650 jadi Rp 700 per potong," terang Oke.