Berkatnews.id | Sudarwati, Winarsih dan Rukaniyatun serta para ibu di Desa Kedungdowo Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur cukup inspiratif.
Mereka mengolah sekam limbah padi menjadi barang yang bernilai ekonomi. Limbah padi tersebut diolah menjadi arang sekam yang bermanfaat untuk tanaman.
Baca Juga:
Kericuhan Debat Pilkada Bojonegoro: Cawabup Farida Bawa Pasangan, Kubu Lawan Protes
Sebelum bank sampah mawar Desa Kedungdowo berdiri, para ibu-ibu mengambil sampah di sekitar lingkungan baik dari tetangga maupun anggota Fatayat NU. Mereka berkeliling dari rumah ke rumah.
"Berawal dari situ kami melihat ada sampah berserakan dari limbah padi yakni sekam. Dan berjalanya waktu kami membetuk kelompok bank sampah mawar," kata Sudarwati, Ketua Bank Sampah Mawar mengawali cerita sebagaimana dikutip dari Channel YouTube dariNOL.
Sebab, sekarang masyarakat sudah tidak menggunakan sekam untuk memasak dan diganti dengan LPG. Biasanya sekam hasil dari penggilingan padi kebanyakan hanya dibiarkan masyarakat bahkan berserakan di pinggir jalan.
Baca Juga:
Paslon Nurul Azizah - Nafik Sahal Ajukan Sengketa ke Bawaslu Bojonegoro
Namun, baginya sekam bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk tanaman. Nah, inisiatif inilah yang membuat Winarsih bersama rekannya mengolah limbah padi menjadi sekam arang hingga kini.
Sekam arang ini sangat bermanfaat bagi tanaman baik bunga maupun buah-buahan. Sebab ada dua jenis sekam arang yang diolah kelompok bank sampah mawar yakni sekam arang biasa dan sekam arang organik campuran dari kotoran hewan.
"Ya, kalau campuran kotoran hewan harus difermentasi selama tiga minggu. Sekam organik ini bisa dibuat pupuk sayuran sawi dan buah pisang. Dan untuk sekam arang non organik dibuat seperti tanaman bunga," kata Winarsih.
Proses pembakaran limbah padi untuk menjadi sekam arang cukup mamakan waktu lama yakni sekitar 5 jam. Itu untuk 5 sampai 10 sak sekam. Sementara untuk satu sak sekam bisa mengahasilkan 7 bungkus arang sekam yang beratnya 3 kilogram (kg).
"Kalau sebulan bisa memproduksi 100 bungkus arang sekam. Dan satu bungkus harganya Rp 5 ribu," kata wanita juga pengurus Muslimat NU itu.
Rukaniyatun menambahkan setiap seminggu pasti memproduksi sekam untuk dibakar. Karena sebagian besar masyarakat Desa Kedungdowo merupakan petani sehingga setiap bulannya menggiling padi.
Uniknya ibu-ibu kelompok bank sampah ini saat mengambil sekam dalam jumlah banyak harus menyopir sendiri menggunakan tosa roda tiga. Meskipun awalnya takut, akan tetapi ketika sudah terbiasa pasti berani.
"Kalau dalam jumlah banyak kami ambil menggunakan tosa dan disupir sendiri oleh anggota bank sampah. Saat ini ada 27 anggota bank sampah," katanya.
Selain mengolah sekam, bank sampah mawar juga mengolah sampah plastik, atom hingga kardus. Namun, untuk pengambilannya empat kali dalam sebulan.
"Beda pengambilannya karena untuk sampah seperti itu tidak banyak," katanya.
Kedua perempuan itu berharap bisa mengembangkan arang sekam ini dan terjual di pasaran luas. Juga, kelompok bank sampah mawar membutuhkan pelatihan untuk mengembangkan sehingga dapat berkelanjutan. [jat]