WahanaInfrastruktur.com | Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono pada Sabtu (13/8/2022) meninjau pembangunan proyek Jalan Tol Yogyakarta-Bawen sepanjang 76 km yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Jalan tol ini telah dimulai pembangunannya pada awal 2022 untuk meningkatkan konektivitas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
Baca Juga:
Selesai Dibangun, Flyover Sekip Ujung di Simpang Angkatan 66 Palembang Mulai Beroperasi
Dalam tinjauan tersebut, Menteri Basuki menyampaikan empat pesan kepada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), kontraktor dan konsultan pengawas dalam pelaksanaan konstruksi, terutama terkait kualitas yang baik menjadi keharusan.
Pertama, " Quality is a must . Perhatikan kualitas jalan tol. Banyak contoh baik yang bisa kita tiru dan contoh buruk yang harus kita hindari," tegas Menteri Basuki.
Selain kualitas, Menteri Basuki berpesan agar biaya pelaksanaan pembangunan bisa ditekan. "Jangan over design atau over engineering yang mengakibatkan bengkaknya biaya tambahan (cost overrun). Tolong cari second opinion dari ahli yang kompeten. Review design sekaligus menjadi value engineering untuk proyek ini," tambah Menteri Basuki.
Baca Juga:
Kementerian PU Dorong Asosiasi Profesi Tingkatkan Keselamatan dan Keandalan Sistem Kelistrikan pada Bangunan Gedung
Pesan ketiga Menteri Basuki, "Saya minta aspek estetika dan lingkungan betul-betul diperhatikan. Batasi cut and fill tetapi buat terowongan (tunnel), seperti di area kebun kopi Banaran, Bawen. Penghijauan tebing diperhatikan, jangan ada tanah yang ditinggalkan," kata Menteri Basuki.
Terakhir, Menteri Basuki juga menyampaikan pesan untuk BUJT bisa merumuskan strategi percepatan sehingga seksi 1 dan 6 bisa tuntas konstruksinya tepat waktu di tahun 2024. "Ruas tol Yogya - Bawen ini sangat penting dan menjadi prioritas Pemerintah," tutup Menteri Basuki.
Jalan Tol Yogyakarta Bawen nantinya akan terhubung dengan Jalan Tol Semarang-Solo, dan Jalan Tol Solo-Yogyakarta International Airport Kulonprogo, sehingga akan membentuk segitiga emas yang dapat meningkatkan perekonomian dan konektivitas wilayah khususnya Jogja, Solo, dan Semarang (Joglosemar).