WahanaInfrastruktur.com | PT Hutama Karya (Persero) (PT HK) telah merampungkan proyek Engineering, Procurement & Construction (EPC) yang mendukung pemerintah untuk mencapai zero carbon dengan menggunakan energi baru terbarukan (EBT), dengan 3 (tiga) proyek yang sudah selesai pengerjaannya, dan 1 (satu) proyek masih berjalan.
Pertama adalah Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Parmonangan-2 di Desa Manalu Dolok, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara dengan kapasitas 2 x 5 MW yang rampung pada tahun 2021 dengan owner PT Bina Godang Energi (BGE) dan telah beroperasi pada Mei 2021 lalu.
Baca Juga:
Pengadaan Lahan Tol Trans Sumatera, Eks Dirut Hutama Karya Jadi Tersangka
Adapun proyek EPC lainnya yang telah rampung adalah Pembangunan PLTM Gunung Wugul 2 x 1,5 MW di Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Barat dan PLTM Lambur berkapasitas 2 x 4 MW di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dengan owner PT Indonesia Power (Indonesia Power).
Sedangkan proyek PLTM EPC yang juga dimiliki oleh Indonesia Power dan saat ini tengah berjalan pembangunannya adalah PLTM Harjosari berkapasitas 3 x 3,3 MW di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Direktur Operasi II Hutama Karya Ferry Febrianto menjelaskan bahwa pembangunan keempat proyek EPC tersebut memberikan kontribusi dalam menumbuhkan perekonomian dan menyerap tenaga kerja baru.
Baca Juga:
Hutama Karya Komit Selesaikan Tol dan Bendungan Proyek Strategis Nasional di 2024
Sedangkan dari aspek lingkungan hidup, kedua PLTM tersebut memenuhi target Pemerintah dalam menyukseskan pembangkit listrik dengan EBT sebagai syarat untuk mencapai zero carbon pada tahun 2050.
PLTM Parmonangan-2 dalam pembangunannya dinilai sukses sesuai dengan harapan baik secara waktu, kualitas, dan output performa PLTM sesuai kontrak, serta administrasi yang tertib.
“Sejak awal pembangunan proyek senilai Rp 141 Miliar ini telah direncanakan dengan baik termasuk penggunaan teknologi-nya. Dimulai dari desain PLTM Direct Cascade hingga penggunaan Self Loading Mobile Concrete Mixer pada pekerjaan pengecoran beton di jalur Penstock,” ujar Ferry.
Lebih lanjut Ferry menambahkan bahwa selain penggunaan Self Loading Mobile Concrete Mixer, proyek PLTM Parmonangan-1 dan 2 menjadi pembangkit listrik pertama di Indonesia yang menggunakan Cascade System, dimana aliran Sungai Aek Sibundong yang keluar dari PLTM Parmonangan-1 akan langsung digunakan untuk pemutaran turbin di Power House PLTM Parmonangan-2 yang letaknya berdekatan untuk memanfaatkan potensi maksimal sungai.
Saluran transisi yang digunakan untuk Cascade System didukung oleh struktur beton yang sudah mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan American Concrete Institute (ACI).
Di lain sisi, PLTM Gunung Wugul yang telah selesai pada November 2021 dan masuk pada tahap pemeliharaan mempunyai strategi dalam menuntaskan pembangunannya, khususnya dalam scheduling pengalokasian waktu, pelaksanaan Rapat Operasional Mingguan (ROM) dan monitoring Kurva S untuk mengetahui progress proyek saat ini dibandingkan dengan master schedule sebagai informasi awal untuk menentukan strategi penyelesaian proyek ke depannya.
PLTM ini dibangun di tengah hutan dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat di dalam dan sekitar hutan untuk melestarikan fungsi hutan, sehingga dapat menjamin kontinuitas hasil air yang akan bermanfaat bagi masyarakat di daerah Banjarnegara, Jawa Tengah.
Serupa dengan PLTM Parmonangan-1 dan 2, PLTM Gunung Wugul turut memanfaatkan EBT dalam berkontribusi menyediakan listrik nasional dengan zero carbon bersama dengan PLTM lainnya.
Keempat PLTM garapan Hutama Karya ini memiliki peran yang sangat penting dalam membantu Pemerintah menanggulangi krisis energi untuk meningkatkan rasio kelistrikan pada daerah-daerah yang tidak mampu dijangkau jaringan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) di wilayah Sumatra Utara & Jawa Tengah, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat dengan perkembangan keahlian individu, pengetahuan, dan ketersediaan lapangan kerja. [JP]