WahanaInfrastruktur.com | Pemerintah tengah menggenjot pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT). Terbaru, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan PLTA Poso dan PLTA Malea di Sulawesi.
Dilansir detikcom, PT PLN (Persero) pun terus memberikan dukungan terkait upaya pemerintah mencapai target bauran energi. Dukungan yang diberikan yakni dengan membangun pembangkit ramah lingkungan hingga menyerap listrik yang dihasilkan pembangkit EBT milik swasta seperti PLTA Poso dan PLTA Malea tersebut.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai langkah PLN dalam menggenjot pengembangan pembangkit EBT, khususnya PLTA patut diapresiasi. Apalagi, potensi pengembangan EBT di Indonesia masih sangat besar. Khususnya sektor PLTA dan PLTMH di mana potensinya mencapai 95 GW.
"Potensi yang sangat besar ini bisa dimanfaatkan secara maksimal. Dukungan PLN menjadi hal yang sangat penting," ujar Mamit, Senin (28/2/2022).
Mamit menilai PLTA juga mempunyai kemampuan yang andal dari sisi pasokan dan utilitas. PLTA mempunyai daya tahan yang lebih lama, bisa menjadi pembangkit baseload juga mampu menjadi peaker.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
"PLTA ini merupakan EBT yang bisa menjadi peaker atau mampu menjaga beban puncak jika dibandingkan dengan EBT yang lain seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang masih bersifat intermitten," ujar Mamit.
Dari sisi penurunan emisi karbon, Mamit juga menilai PLTA merupakan pembangkit yang benar-benar zero emision karena tidak memerlukan backup sumber energi lain yang berasal dari fosil.
Sedangkan dari sisi investasi, semakin berkembangnya teknologi maka investasi yang harus dianggarkan untuk PLTA makin murah. "Di awal investasinya memang masih tinggi tapi PLTA usianya juga akan lebih panjang dan biayanya lebih murah," ungkap dia. [JP]