DesaWisata.WahanaNews.co | Berbicara tentang potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia memang tidak ada matinya. Khususnya berbagai kekayaan alam dan budaya Nusantara, yang selalu menarik pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.
Nagari Pariangan, menjadi salah satu desa yang membanggakan karena pesonanya yang luar biasa dan termasuk dalam 10 desa terindah di dunia.
Baca Juga:
Kota Kediri Terpilih Jadi Proyek Percontohan Festival Olahraga Masyarakat Desa Wisata 2024
Desa Nagari Pariangan terletak di Lereng Gunung Marapi, tepatnya di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat.
Lokasinya sekitar 95 kilometer dari utara Kota Padang, dan 35 kilometer dari Kota Bukittinggi. Nagari Pariangan juga berada di antara Kota Batu Sangkar dan Padang Panjang. Nagari Pariangan memiliki luas 17,97 kilometer persegi.
Tak hanya juara karena keindahannya, berada di ketinggian sekitar 500-700 meter di atas permukaan laut membuat udara di Nagari Pariangan begitu sejuk.
Baca Juga:
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar Ingatkan Pentingnya Pembangunan Desa Wisata Berkelanjutan
Secara geografis, Gunung Marapi masih aktif hingga saat ini. Gunung tersebut terakhir meletus pada 2014. Berada di wilayah pegunungan membuat panorama alam di Nagari Pariangan begitu luar biasa.
Keindahan lereng Gunung beserta sawah dan ladang yang dilihat dari atas.
Di jalan utama menuju desa wisata ini, para pengunjung akan ditemani oleh jalan yang berkelok dengan pemandangan hijau yang begitu asri dan memanjakan mata, yakni hamparan sawah yang sangat subur dan pepohonan rimbun.
Rumah-rumah Gadang khas Sumatra Barat yang berada di wilayah perkampungan Nagari Pariangan juga tidak biasa. Meski padat, rumah penduduk yang dibangun bertingkat-tingkat mengikuti kontur atau pola dari lereng gunung, terlihat rapi dan sedap dipandang mata.
Setiap jengkal mata memandang, selalu terlihat atap gonjong yang runcing (sebutan atap rumah gadang). Meskipun terlihat tua, rumah-rumah tersebut masih terlihat apik dan khas karena motif-motif Minang.
Uniknya, masyarakat desa membangun rumah-rumah tersebut secara tradisional dan tanpa menggunakan paku.
Masjid Ishlah yang dibangun pada abad ke-19, Bangunan tertua yang dibangun Syekh Burhanuddin.
Tak hanya rumah-rumah yang menjadi daya tarik desa Nagari Pariangan. Masjid Ishlah yang dibangun pada abad ke-19 pun turut menarik pengunjung.
Bangunan tertua yang dibangun Syekh Burhanuddin, seorang ulama terkemuka di Minang tidak mengadopsi rumah gadang sebagai arsitektur atapnya, melainkan arsitekturnya menyerupai kuil-kuil di Tibet. Masjid tua ini telah mengalami renovasi sebanyak dua kali, yaitu pada 1920 dan 1994.
Yang semakin membuat masjid ini unik adalah terdapat pancuran air panas langsung dari Gunung Merapi. Air tersebut dapat digunakan untuk umat Muslim menyucikan diri. Pancuran ini dianggap sebagai sebuah keberkahan bagi masyarakat Nagari Pariangan.
Nagari Pariangan juga menjadi desa pertanian pertama di Minang, kesuburan tanahnya tidak perlu diragukan lagi. Pertanian menjadi sumber pangan masyarakat Nagari Pariangan. Karena begitu menghormati para leluhur dan menjunjung tinggi peninggalan sejarah, sepetak sawah di sana dijadikan situs peninggalan.
Sawah Gadang Satampang Baniah yang merupakan sawah pertama yang dibuka oleh Datuk Tantajo Garhano (leluhur masyarakat Minang) telah dijadikan cagar budaya oleh masyarakat setempat. Hal tersebut sebagai bukti bahwa masyarakat Nagari Pariangan begitu menghormati situs-situs bersejarah warisan dari para leluhur. Sawah pertama tersebut berada di ujung jalan utama desa.
Ada lagi yang menarik di Nagari Pariangan, yakni makam Datuk Tantajo Garhano yang juga merupakan situs sejarah di wilayah desa. Uniknya, tidak seperti makam lain, makam tokoh adat ini selalu berubah panjang dan lebarnya setiap diukur. Apiknya masyarakat dalam menjaga tempat peristirahatan terakhir tokoh adat tersebut, membuat area makam lebih pantas disebut taman.
Bagaimana tidak, makam yang terbuat dari bebatuan, kini ditumbuhi pohon-pohon rindang di atasnya. Namun, karena makam tersebut adalah wilayah sakral, jadi pengunjung hanya dapat melihat dari luar pagar.
Nagari Pariangan atau Nagari Tuo Pariangan merupakan desa paling tua yang menjadi cikal bakal rakyat Minangkabau. Kata masyarakat sekitar, leluhur Minang pada dahulu kala berasal dari Gunung Marapi.
Dahulu, puncak Gunung Marapi masihlah berupa sebuah daratan, lalu daerah sekitarnya adalah perairan. Ketika air mulai surut, masyarakat membangun perkampungan di wilayah gunung.[zbr]