DesaWisata.WahanaNews.co | Penjualan tenun khas Desa Pajam Pulau Kaledupa di Kabupaten Wakatobi mengalami kenaikan setelah desa itu dinobatkan sebagai desa wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kata Kepala Community Base Tourism (CBT) Desa Wisata Pajam Mulyadi.
"Setelah dinobatkan jadi desa wisata, alhamdulillah meningkat," kata Mulyadi di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Minggu.
Baca Juga:
Kota Kediri Terpilih Jadi Proyek Percontohan Festival Olahraga Masyarakat Desa Wisata 2024
Mulyadi menjelaskan kini Desa Pajam yang merupakan kampung penenun lebih banyak mendapatkan pesanan tenun dari luar daerah seperti Kendari dan Baubau.
Dia menerangkan bahwa terdapat 101 penenun dari 287 rumah yang ada di Desa Pajam. Sekitar 75 persen dari seluruh rumah merupakan rumah penenun, dan 90 persen kaum perempuan di Desa Pajam adalah penenun.
"Menenun sudah menjadi mata pencaharian utama di sini," katanya.
Baca Juga:
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar Ingatkan Pentingnya Pembangunan Desa Wisata Berkelanjutan
Harga tenun asli Wakatobi berbeda-beda tergantung pada jenis bahan dan motif mulai dari Rp500 ribu hingga Rp2 juta untuk ukuran 4 x 1 meter. Selain itu ada pula tenun berbentuk syal yang dijual seharga Rp80 ribu hingga Rp100 ribu per lembar.
Bila seorang penenun mengerjakan tenunnya dengan cepat, bisa menghasilkan dua hingga tiga tenun dalam sebulan yang bisa djjual di pusat Kota Wakatobi, ataupun kota lain di Sulawesi Tenggara.
Wakatobi merupakan kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang juga ditetapkan sebagai Taman Nasional Wakatobi karena memiliki 25 gugusan terumbu karang sepanjang 600 km. Oleh karena itu Wakatobi terkenal dengan keindahan bawah lautnya.
Selain itu, Wakatobi juga terkenal dengan suku Bajo yang tinggal di rumah panggung di atas laut. Suku Bajo tersohor dengan keahlian menyelam dan menombak ikan di bawah air untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Program desa wisata merupakan salah satu program utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di bawah Menteri Sandiaga Uno. Program yang diprakarsai sejak 2021 ini merupakan salah satu program pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi COVID-19, sekaligus untuk melestarikan sosial, budaya, dan alam desa-desa di Indonesia.[zbr]