DesaWisata.WahanaNews.co | Desa Wisata Penglipuran di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali, merupakan satu dari sejumlah desa wisata di Bali yang bakal dikunjungi delegasi G20.
Bagaimana persiapan yang dilakukan dalam menyambut kunjungan delegasi G20 tersebut?
Baca Juga:
Kakanwil Kemenkumham Bali Sebut Total Kepala Negara dan Tim Capai 3 Ribu Orang Ikut KTT G20
Desa yang pernah dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia ini tengah menyiapkan fasilitas yang lebih memadai.
Di sisi lain, penataan yang dilakukan pengelola juga untuk menyambut kedatangan wisatawan asing maupun domestik yang memanfaatkan waktu liburan Idul Fitri, beberapa hari mendatang.
Karena itu, Penglipuran rasanya cocok dikunjungi selama masa liburan nanti.
Baca Juga:
BNBP Awasi Penularan Virus Covid-19 dam PMK di Bandara Bali
Pengunjung akan dapat menikmati banyak objek menarik di sana. Seperti merasakan nuansa Bali masa lampau dari deretan pintu masuk rumah warga yang masih tradisional.
Rumah Warga Sekitar Desa Penglipuran yang Masih Asri.
Ada juga balai adat enam tiang atau saka enam, serta dapur yang masih tradisional. Pengunjung juga bisa melihat aktivitas warga menenun, menganyam, dan mengerjakan barang kerajinan lainnya.
Ada juga objek pendukung seperti pura penataran, hutan bambu, monumen pahlawan, serta "Karang Memadu" yang dikhususkan bagi warga yang melanggar aturan adat seperti larangan poligami atau poliandri.
Di masing-masing rumah warga juga sudah dibuka kedai kecil, sehingga wisatawan tidak bingung mencari tempat istirahat.
Pengelola Desa Wisata Penglipuran, Nengah Moneng mengaku tengah menyiapkan fasilitas pendukung untuk menyambut delegasi G20. Sejumlah papan pengumuman, penataan taman, hingga pelebaran jalan yang dibantu pemerintah sudah mulai digarap.
"Dari sisi pelayanan, kami beserta warga adat sudah siap menerima kunjungan wisatawan. Kini tinggal meningkatkan hospitality. Kami ingin menunjukkan bahwa Penglipuran benar-benar terbukti sebagai desa bersih. Kami sangat menanti kekaguman dari tamu-tamu yang datang," ujar Moneng, Kamis (28/4/2022).
Objek wisata sempat sepi karena masih dalam rangka puasa Idul Fitri. Tapi syukurnya kunjungan ke Penglipuran sudah mulai meningkat saat ini.
Dia memprediksi akan ada 1.000 lebih pengunjung dalam sehari saat libur Lebaran dimulai. Seperti biasa, wisatawan asing dan domestik sama-sama akan merajai.
Kata Moneng, Desa Penglipuran resmi dideklarasi sebagai desa wisata sejak 2012 lalu. Praktis pengelolaan dan fasilitasnya diperbaiki.
Pendapatan yang tergolong besar untuk desa adat dan pemerintah setempat adalah dampak paling nyata yang dirasakan masyarakat setempat.
Moneng juga mengakui, tidak gampang untuk mempertahankan brand Penglipuran sebagai desa tradisional yang menjunjung konsep Tri Mandala sebagai dasar penataan rumah adat.
Dalam hal pemeliharaan bangunan, desa adat mengalokasikan dana khusus untuk perbaikan bangunan yang rusak.
Dia mencontohkan biaya perbaikan angkul-angkul (pintu masuk), dapur, dan bale saka enam disubsidi desa adat. Keunikan lainnya dari desa ini adalah adanya kawasan khusus untuk menampung warga yang melanggar pantangan poligami atau poliandri.
Ada juga latar belakang candi bentar Pura Penataran di Penglipuran yang bisa dilihat pada foto-foto media sosial. Hutan bambu yang eksotis juga tak kalah untuk dikunjungi.
Lokasinya berada di utara desa. Perlu siapkan sedikit tenaga untuk berjalan ke luar dari area utama objek menuju hutan bambu.
Lokasi itu sangat cocok dipakai untuk memenuhi koleksi foto di media sosial. Kata Moneng, harga tiket yang berlaku untuk wisatawan asing dan domestik berbeda.
Cukup membayar Rp 25.000 untuk orang dewasa dan Rp 15.000 untuk anak-anak, tamu domestik bisa masuk sepuasnya. Begitu juga tamu asing tinggal membayar tiket masuk Rp 50.000 untuk dewasa dan Rp 30.000 untuk anak-anak.
Jadi, secara umum desa wisata Penglipuran sudah sangat siap menyambut wisatawan maupun kunjungan delegasi G20 nantinya.[zbr]