Krtnews.id | PT PLN (Persero) menyatakan, program digitalisasi koneksi antarpembangkit listrik terus dilakukan melalui penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan memasang 5.000 sensor koneksi pada pembangkit listrik guna menunjang kegiatan operasional perseroan.
"Hampir semua pembangkit listrik kami sudah dibangun digitalisasi pembangkit. Bahkan, pengendalian pembangkit bisa hanya menggunakan gadget," ujar Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo dalam peluncuran program PLN Elevation di Bengkel Space Fairgrounds SCBD, Jakarta, Senin (12/9/2022).
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
Penerapan teknologi kecerdasan buatan itu, kata dia, turut membantu penanganan masuknya energi terbarukan skala besar yang bersifat intermitten karena pasokan listriknya masih bergantung kondisi alam dan cuaca.
Darmawan menjelaskan, dahulu fluktuasi konsumsi listrik hanya terjadi pada sisi demand, yakni saat siang hari konsumsi listrik naik, lalu sore hari agak turun, dan malam hari saat orang-orang pulang ke rumah menyalakan pendingin ruangan dan televisi angka konsumsi listrik kembali naik.
Sedangkan sekarang, dengan hadirnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) maupun pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang bersifat intermitten alias tidak stabil menciptakan fluktuasi pasokan pada pembangkit listrik.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
Ketika siang matahari bersinar terik, maka PLTS memproduksi listrik dan itu artinya operasional pembangkit base load harus diturunkan, lalu selepas jam 2 siang saat radiasi matahari turun, maka pembangkit base load kembali beroperasi menopang pasokan listrik.
Begitu juga dengan pembangkit tenaga bayu atau angin, saat angin kencang produksi PLTB naik dan operasi pembangkit base load dikurangi, lalu ketika tiupan angin melemah, maka pembangkit listrik base load dimaksimalkan kembali.
"Begitu ada sistem energi terbarukan yang intermitten keluar-masuk keluar-masuk, ngegas, ngerem, ini menjadi suatu ekosistem yang sangat kompleks. Fluktuasi yang dulunya terjadi pada demand sekarang fluktuasi juga terjadi pada pasokan listrik," jelas Darmawan.