Forjasida.id | Negara Uganda di Afrika Timur dikabarkan menyerahkan asetnya yakni ke Bandara Internasional Entebbe ke China. Sebab, negara tersebut gagal bayar utang ke Negara Tirai Bambu.
Pemerintah Uganda telah mendapatkan pinjaman dari Bank Exim China sebanyak US$ 207 juta untuk memperluas Bandara Internasional Entebbe. Pinjaman tersebut memiliki jangka waktu 20 tahun termasuk masa tenggang tujuh tahun. Pembayaran utang itu tersendat karena kabarnya pihak bandara tengah krisis.
Baca Juga:
Proyek Saluran Pulomas Utara Disorot, Abdul Rauf Gaffar Terancam Dilaporkan ke APH
Sejatinya, banyak negara berurusan utang dengan China untuk membangun infrastruktur, termasuk Indonesia. Lantas, apa saja proyek-proyek di Indonesia yang dibiayai China? Ini daftarnya seperti dilansir detikcom.
1. Waduk Jatigede
Proyek yang digagas sejak era Presiden Soekarno ini mulai dialiri air pada 2015 lalu. Acara penggenangan air itu diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Baca Juga:
Biaya Rehab Gedung Kantor Sudin LH Jakut Diduga Mark-up, KPK Kemana?
"Saya ditugasi Pak Presiden Jokowi untuk meresmikan penggenangan hari ini," katanya di Bendungan Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Senin (31/8/2015).
Pembangunan proyek waduk Jatigede memiliki nilai investasi Rp 4 triliun melalui dana APBN dan pinjaman Bank Exim China sebesar 90%.
2. Tol Medan-Kualanamu
Tol sepanjang 17,8 km ini menelan biaya Rp 1,347 triliun. Dari total konstruksi Rp 1,347 triliun, 90% di antaranya berasal dari pinjaman China melalui Bank Exim China dan 10% dari APBN.
Pembangunan tol ini dimulai pada 2012 lalu. Pembangunan tol ini diresmikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
"Kontrak pembangunan sebenarnya telah ditandatangani pada Desember 2011, saya harapkan awal tahun sudah bisa dimulai. Kenyataannya baru bisa kita lakukan hari ini. Karena kita terlambat mulai saya tidak mau buang-buang waktu agar kita tidak telat selesai," ungkap Djoko dalam sambutannya saat ground breaking Jalan Tol Medan-Kualanamu di Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Rabu (7/11/2012).
3. Kereta Cepat Jakarta Bandung
Utang dari China sebab membuat publik heboh belum lama ini. Hal ini tak lain karena laporan lembaga riset AidData lantaran menyinggung utang tersembunyi alias hidden debt dari China.
Dalam laporan berjudul 'Banking on the Belt and Road: Insight from a new global dataset of 13,427 Chinese Development Projects' pinjaman yang disalurkan China itu bertujuan untuk pembangunan jalur sutera melalui Belt and Road Intiative (BRI) yang selama ini dilakukan di banyak negara.
Salah satunya untuk Indonesia. Nah, di Indonesia dana tersebut digunakan salah satunya untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Awalnya proyek tersebut akan dibiayai JICA atau Japan International Cooperation Agency. JICA memasukkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dalam rencana bantuan pembangunan luar negeri untuk Indonesia.
Saat itu sekitar 75% dari total biaya proyek akan dilakukan melalui skema pinjaman dengan bunga 0,1%. Di sisi lain, China ternyata juga kepincut proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, dan berupaya menyalip Jepang memenangkan kontrak tersebut. Bahkan, China menawarkan keunggulan dari Jepang dari dimensi pembangunan, kecepatan, hingga pembiayaan.
Pada awal 2015, Indonesia mengundang China untuk memasukkan proposal alternatif dan China mengusulkan biaya yang lebih rendah dan pembiayaan dijamin oleh China Development Bank (CDB) dengan bunga 2% dan waktu pembangunan lebih cepat.
September 2015 beredar kabar Presiden Joko Widodo (Jokowi) membatalkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung karena bisa membuat utang pemerintah membengkak. Namun belakangan Jokowi menyanggah kabar tersebut.
Jepang pun langsung merespons dengan menawarkan pengurangan 50% yang harus dijamin oleh negara. China juga tidak mau kalah. Negeri Tirai Bambu menawarkan penghapusan seluruh syarat jaminan negara dan mengusulkan transaksi neraca di luar pemerintah.
Singkat Cerita, pemerintah akhirnya memilih China menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Kemudian China Development Bank akan meneruskan pinjaman ke sebuah perusahaan yang dibentuk atas patungan China dan Indonesia. Pada 2017 CDB meneken perjanjian pinjaman senilai US$ 3,96 miliar dengan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang 60% saham dimiliki oleh Indonesia dan 40% China untuk mengerjakan proyek kereta cepat ini. (JP)