Forjasida.id | Program Padat Karya Tunai (PKT) melalui Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus bergulir di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2022, pelaksanaan P3-TGAI menjangkau 10.000 lokasi dengan total anggaran Rp2,25 triliun.
Baca Juga:
Tingkatkan Daya Saing, Kementerian PU Gelar Konstruksi Indonesia 2024 di ICE BSD
Program PKT Bidang Sumber Daya Air ini merupakan peningkatan saluran irigasi tersier, dari saluran alam/tanah menjadi saluran dengan pasangan batu/lining yang dikerjakan oleh petani atau penduduk setempat. Petani pekerja diberikan upah harian atau mingguan, sehingga menambah penghasilan petani atau penduduk desa terutama di antara musim tanam dan panen.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan program infrastruktur kerakyatan atau Padat Karya Tunai sangat penting bagi masyarakat dengan penghasilan rendah.
“Selain untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat, PKT juga bertujuan mendistribusikan dana hingga ke desa/ pelosok,” kata Menteri Basuki.
Baca Juga:
Konstruksi Indonesia 2024, Menteri Dody Tekankan Penggunaan Produk Dalam Negeri
Tercatat berdasarkan data e-monitoring tanggal 6 September 2022, capaian pekerjaan fisik P3-TGAI sudah sebesar 84,35% senilai Rp1,74 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 122.066 orang di 8.945 lokasi. Dengan percepatan realisasi program PKT ini diharapkan dapat mempertahankan daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global akibat Pandemi Covid-19 yang terjadi sekarang.
Salah satu provinsi yang telah selesai pengerjaan untuk P3-TGAI tahun 2022 adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 90 titik, tersebar di Pulau Timor di 29 lokasi, Pulau Flores di 34 lokasi, dan Pulau Sumba di 27 lokasi.
Serah terima dilakukan setelah progres pekerjaan selesai 100% dan ditandai dengan penandatangan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II, Ditjen Sumber Daya Air kepada masing-masing kepala desa dan Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) OP SDA I, BWS Nusa Tenggara II Rino Prasetyo berharap saluran yang sudah terbangun dapat dijaga dengan baik sehingga memiliki masa pemanfaatan yang panjang. “Kegiatan P3TGAI ini murni untuk masyarakat, dan Balai WS NT II hanya sebagai pemantauan sedangkan pengelolaan dan pengerjaan dari masyarakat”, kata Rino Prasetyo.
Ketua P3A Woloone, Desa Paga Kabupaten Sikka Franken mengatakan program P3TGAI sangat baik untuk petani, khususnya di daerah yang tergolong sedikit air. Saluran tersier dibangun sepanjang 373 meter. Pekerjaan jaringan tersier dilakukan dengan pasangan batu oleh kelompok tani yang melibatkan 50 orang dalam waktu 30 hari kerja.
“Sebelum ada saluran dengan pasangan batu, air yang mengalir selalu merembes ke kiri dan kanan karena saluran masih berupa saluran tanah,” kata Franken. [JP]