Forjasida.id | Digelar secara virtual pada Rabu (11/5/2022) PT Brantas Abipraya (Persero) turut berkontribusi dan mendukung penyelenggaraan Young Water Sustainability Leaders (YWSL) Summit, bertajuk "Technology & Human Capital Advancement towards Water Sustainability" pada hari Air Dunia 2022 sekaligus menyambut World Water Forum 2024.
Dalam perhelatan yang diadakan oleh Energy Academy Indonesia (ECADIN) berkolaborasi dengan Generasi Muda Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Sugeng Rochadi selaku Direktur Utama Brantas Abipraya hadir memberikan paparan mengenai Brantas Abipraya sebagai BUMN konstruksi champion infrastruktur air.
Baca Juga:
Konstruksi Indonesia 2024: Siap Hadapi Tantangan dan Beradaptasi Terhadap Perkembangan Industri Konstruksi di Indonesia
"Abipraya telah berkomitmen dalam menyediakan infrastruktur air yang unggul, namun tenaga ahli bendungan juga harus menjadi fokus Brantas Abipraya, hal inilah yang menjadi prioritas kami dalam melakukan pengembangan talenta Abipraya," ujar Sugeng, mengutip laman bumn.go.id.
Memperkuat penjelasannya, Sugeng menambahkan bahwa saat ini Brantas Abipraya sedang melakukan akselerasi peningkatan kompetensi SDM milenial khususnya dalam kompetensi sumber daya air (SDA).
Peningkatan kompetensi SDM untuk bidang SDA berkelanjutan ini diimplementasikan Abipraya dengan pembentukan Dam & Water Resources School yang baru saja diluncurkan pada Maret 2022 ini.
Baca Juga:
Wali Kota Uus Kuswanto Buka Muscab ke-IX Gapensi Jakarta Barat
Hal ini merupakan bukti keseriusan BUMN yang berusia 41 tahun ini dalam pengembangan SDM di bidang konstruksi khususnya bendungan.
Lebih lanjut lagi, pada kesempatan ini Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono, menyampaikan bahwa beliau sangat mengapresiasi dengan pelaksanaan acara ini. “Keseriusan dalam pembangunan bendungan serta sustainability sangat dibutuhkan karena adanya climate change yang memberikan dampak pada ketersediaan air”, ujar Menteri PUPR.
Diperkuat olehnya salah satu upaya yang dilakukan PUPR dalam menghadapi climate change ini adalah dengan mengoptimalkan pengoperasian bendungan.
Sejalan dengan Menteri PUPR, Sugeng juga mengatakan bahwa tantangan 2-3 tahun ke depan adalah pangan dan energi. Keduanya ini menyangkut dengan ketersediaan air.
"Ilmu konstruksi dalam pembangunan bendungan akan terus berkembang mengikuti kemajuan teknologi, seperti BIM (Building Information Modelling) dan teknologi konstruksi lain serta produk unggul, harus diikuti dengan sumber daya manusia yang unggul juga. Semoga dengan kontribusi penuh Abipraya dapat turut memerangi dampak dari climate change," tutup Sugeng. [JP]