Forjasida.id | PT Brantas Abipraya (Persero) hadir untuk masyarakat Mamuju dan sekitar dengan melakukan pekerjaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gedung Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Barat.
“Pekerjaan ini ditargetkan tuntas September 2023, Brantas Abipraya optimis dapat menyelesaikannya tepat waktu, mutu dan biaya. Berada di lokasi yang rawan gempa, Kantor Gubernur ini akan dibangun dengan teknologi konstruksi tahan gempa,” ujar Miftakhul Anas selaku Sekretaris Perusahaan Brantas Abipraya.
Baca Juga:
Konstruksi Indonesia 2024: Siap Hadapi Tantangan dan Beradaptasi Terhadap Perkembangan Industri Konstruksi di Indonesia
Anas juga mengatakan bahwa gedung yang dibangun dengan masa pelaksanaan 390 hari kalender dan 180 hari kalender masa pemeliharaan ini nantinya akan dibangun tiga lantai.
Adapun ruang lingkup pekerjaan bangunan ini adalah pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur, pekerjaan Mechanical, Electrical dan Plumbing (MEP), serta pekerjaan lansekap.
BUMN Karya ini pun telah melakukan penandatanganan kontrak pembangunan Kantor Gubernur Sulawesi Barat pada 24 Agustus ini. Hadir mewakili Brantas Abipraya untuk meneken kontrak pengerjaannya yaitu Prasetyadhie, General Manager Divisi Operasi 1 Brantas Abipraya.
Baca Juga:
Wali Kota Uus Kuswanto Buka Muscab ke-IX Gapensi Jakarta Barat
Di kesempatan yang sama, Anas menjelaskan bahwa gedung ini dibangun di atas lahan seluas 12.501 meter persegi (m2). Dengan total luas bangunan 9.683 meter persegi, lantai 1 gedung ini memiliki luas 2.663 m2, lantai 2 dan 3 seluas 2.557 m2, serta luas lantai atap sebesar 1.869 m2.
Sebagai tambahan informasi, gempa di Mamuju yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2021 berpusat enam kilometer timur laut Kabupaten Majene 2,98 LS-118,94 BT pada kedalaman 10 kilometer. Gempa susulan dengan magnitudo 6,2 kembali terjadi dan berlangsung selama 5 hingga 7 detik.
Getaran gempa terasa hingga Mamuju, Makassar dan Palu dan mengakibatkan sejumlah gedung rusak, termasuk Rumah Sakit Mamuju, Kantor Gubernur Sulawesi Barat dan RSUD Mamuju. Gempa ini juga mengakibatkan longsor di 3 titik sepanjang jalan poros Majene-Mamuju, sehingga akses jalan terputus.